JAKARTA. Likuiditas ketat tidak lagi menjadi momok perbankan. Setidaknya, menurut hasil penelitian Bank Indonesia (BI), kini masalah likuiditas tidak terlalu mendera perbankan. "Industri secara keseluruhan membaik. Cuma, ini membaiknya karena mungkin bank cukup hati-hati dalam menyalurkan kredit," kata Halim Alamsyah, Direktur Penelitian dan Pengaturan Perbankan BI, Jumat (24/1). Halim pun mengungkapkan, bank-bank asing saat ini lebih aktif memanfaatkan fasilitas dana di pasar uang antarbank (PUAB) ketimbang bank-bank lokal. "Mereka tidak perlu menarik dana pihak ketiga (DPK) banyak-banyak karena bisa mendapat likuiditas dari PUAB," tambah Halim. Senada, Kepala Treasury PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Branko Windoe mengakui, bank-bank asing memang lebih aktif mencari pinjaman di PUAB. "Biasanya mereka membutuhkan pinjaman untuk melakukan trading," tebak Branko. Menurut Branko, selama ini bank-bank asing banyak menangguk keuntungan dari hasil trading. Contohnya, bank asing mengambil pinjaman bertenor satu bulan di PUAB dengan bunga 10%. Lalu uang itu mereka gunakan untuk membeli Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang memiliki kupon 11%. Jadi, bank asing bisa memperoleh keuntungan berupa selisih bunga 1%. Berdasarkan pengamatannya pula, Branko menyimpulkan, bank asing dan bank lokal mempunyai tujuan yang berbeda ketika mencari sumber pendanaan di PUAB. Tindakan bank asing lebih dimotivasi untuk memperoleh dana untuk trading. Adapun bank lokal melakukannya karena kebutuhan akan likuiditas. Menurut Branko, sejauh ini bank-bank asing sebenarnya tidak mengalami kesulitan likuiditas yang berarti. Kendati belakangan banyak berita negatif tentang bank asing, masyarakat tetap percaya untuk menempatkan dananya di bank asing. Namun, Kepala Treasury PT Bank Mandiri Tbk. Sugiharto mempunyai pengamatan lain. Menurutnya, saat ini masih ada sedikit segmentasi di PUAB. Umumnya, bank-bank lokal yang gendut likuiditas masih agak enggan meminjamkan dananya ke bank asing. "Bank-bank besar masih menunggu hasil laporan keuangan tahun ini," kata Sugiharto, kemarin (26/1). Dari laporan keuangan itu, para bankir bank besar dapat memilah bank yang bermasalah dan yang tak bermasalah. Pun begitu, Sugiharto mengakui, saat ini kondisi PUAB sudah relatif normal. "Memang nilai transaksinya lebih sedikit tapi masih dalam batas wajar," ungkap dia. Seiring aktivitas PUAB yang kembali normal tersebut, Halim berharap, bank perlahan-lahan juga menurunkan suku bunga simpanan. Dengan demikian, perang bunga deposito segera berakhir. Alhasil, biaya dana alias cost of fund perbankan turun, sehingga suku bunga kredit juga bakal menjadi lebih murah. Beberapa waktu lalu, sejumlah bank BUMN sudah memulai pemangkasan suku bunga kredit antara 0,5%-1%. Diperkirakan, bank-bank swasta akan segera menyusul penurunan bunga kredit ini pada akhir bulan ini atau awal Februari nanti. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Bank Asing Buru Pinjaman PUAB
JAKARTA. Likuiditas ketat tidak lagi menjadi momok perbankan. Setidaknya, menurut hasil penelitian Bank Indonesia (BI), kini masalah likuiditas tidak terlalu mendera perbankan. "Industri secara keseluruhan membaik. Cuma, ini membaiknya karena mungkin bank cukup hati-hati dalam menyalurkan kredit," kata Halim Alamsyah, Direktur Penelitian dan Pengaturan Perbankan BI, Jumat (24/1). Halim pun mengungkapkan, bank-bank asing saat ini lebih aktif memanfaatkan fasilitas dana di pasar uang antarbank (PUAB) ketimbang bank-bank lokal. "Mereka tidak perlu menarik dana pihak ketiga (DPK) banyak-banyak karena bisa mendapat likuiditas dari PUAB," tambah Halim. Senada, Kepala Treasury PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Branko Windoe mengakui, bank-bank asing memang lebih aktif mencari pinjaman di PUAB. "Biasanya mereka membutuhkan pinjaman untuk melakukan trading," tebak Branko. Menurut Branko, selama ini bank-bank asing banyak menangguk keuntungan dari hasil trading. Contohnya, bank asing mengambil pinjaman bertenor satu bulan di PUAB dengan bunga 10%. Lalu uang itu mereka gunakan untuk membeli Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang memiliki kupon 11%. Jadi, bank asing bisa memperoleh keuntungan berupa selisih bunga 1%. Berdasarkan pengamatannya pula, Branko menyimpulkan, bank asing dan bank lokal mempunyai tujuan yang berbeda ketika mencari sumber pendanaan di PUAB. Tindakan bank asing lebih dimotivasi untuk memperoleh dana untuk trading. Adapun bank lokal melakukannya karena kebutuhan akan likuiditas. Menurut Branko, sejauh ini bank-bank asing sebenarnya tidak mengalami kesulitan likuiditas yang berarti. Kendati belakangan banyak berita negatif tentang bank asing, masyarakat tetap percaya untuk menempatkan dananya di bank asing. Namun, Kepala Treasury PT Bank Mandiri Tbk. Sugiharto mempunyai pengamatan lain. Menurutnya, saat ini masih ada sedikit segmentasi di PUAB. Umumnya, bank-bank lokal yang gendut likuiditas masih agak enggan meminjamkan dananya ke bank asing. "Bank-bank besar masih menunggu hasil laporan keuangan tahun ini," kata Sugiharto, kemarin (26/1). Dari laporan keuangan itu, para bankir bank besar dapat memilah bank yang bermasalah dan yang tak bermasalah. Pun begitu, Sugiharto mengakui, saat ini kondisi PUAB sudah relatif normal. "Memang nilai transaksinya lebih sedikit tapi masih dalam batas wajar," ungkap dia. Seiring aktivitas PUAB yang kembali normal tersebut, Halim berharap, bank perlahan-lahan juga menurunkan suku bunga simpanan. Dengan demikian, perang bunga deposito segera berakhir. Alhasil, biaya dana alias cost of fund perbankan turun, sehingga suku bunga kredit juga bakal menjadi lebih murah. Beberapa waktu lalu, sejumlah bank BUMN sudah memulai pemangkasan suku bunga kredit antara 0,5%-1%. Diperkirakan, bank-bank swasta akan segera menyusul penurunan bunga kredit ini pada akhir bulan ini atau awal Februari nanti. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News