Bank Asing Genjot Kredit Tanpa Agunan



JAKARTA. Kredit tanpa agunan alias KTA rupanya masih menjadi primadona bank-bank asing. Tahun ini, mereka menargetkan pertumbuhan KTA di atas 20%.

Direktur Commercial Banking UOB Buana Madi D. Lazuardi berpendapat, tingginya optimisme bank asing terhadap sektor konsumen merupakan hal wajar. "Bagi bank asing, sisi konsumen ini menjanjikan. Indonesia tergolong pasar paling besar di Asia Tenggara dari sisi permintaan. Ini karena populasi yang besar dan meningkatnya daya beli masyarakat," katanya kepada KONTAN, Minggu (11/4).

Saat ini, likuiditas yang berlimpah mau tak mau membuat bank menyalurkannya ke bentuk kredit. Salah satu sektor yang menguntungkan adalah kredit konsumen. Sebab sifat konsumtif di berbagai negara ini tak banyak berbeda.


Menurut Madi, berbeda dengan kredit untuk small medium enterprise (SME) alias usaha kecil nenengah (UKM), bank asing tak harus repot mengadakan analisis mendalam untuk pengucuran kredit komsusi. "Lagipula, ciri khas SME negara yang satu dengan negara lain berbeda-beda," ucapnya.

Beberapa bank asing lain juga makin getol menyalurkan personal loan atau KTA. Sebut saha The Royal Bank of Scotland (RBS) Indonesia yang mulai menyalurkan KTA sejak tahun 2000, menargetkan pertumbuhan tahun ini mencapai 20%-25%. Dengan nilai outstanding per akhir Desember sebesar Rp 1,5 triliun, artinya RBS berharap mampu menyalurkan KTA baru antara Rp 300 miliar hingga Rp 375 miliar. Adapun target outstanding di akhir 2010 sekitar Rp 1,8 triliun.

Seleksi semakin ketat

Menurut Direktur Consumer Loan RBS Darmadi Sutanto, target tersebut tak terlalu tinggi alias konservatif. Maklum, meski masih menggiurkan, risiko personal loan ini terbilang tinggi. "Yang penting adalah mengenali profil nasabah," katanya.

Tak heran, persyaratan KTA RBS tak semudah dulu. Syarat penghasilan, misalnya, kini harus di atas Rp 40 juta per tahun. Dulu, syarat minimum penghasilan per tahun hanya sebesar Rp 25 juta.

Country Officer Citibank N.A. Indonesia Shariq Mukhtar mengatakan, mengurangi risiko dengan mengenali profil nasabah merupakan salah satu strategi Citibank mencapai target pertumbuhan kredit konsumsi 20%-25%. "Selain itu, kami juga memperkerjakan tenaga ahli di mana mereka benar-benar menguasai faktor risiko di kredit konsumsi ini," terang Shariq.

Hal serupa juga terjadi di Bank Danamon. Head of Public Affair Danamon Zsa Zsa Yusaryahya bilang, penyaluran KTA tetap akan digeber kepada nasabah, tapi seleksi nya lebih ketat. Makanya, ia membantah rumor yang beredar kalau Danamon telah menghentikan program KTA lantaran rasio kredit bermasalahnya (NPL) tinggi.

Menurut Zsa Zsa, KTA hanya menyumbang 2% dari total kredit Danamon tahun 2009 yang sebesar Rp 63 triliun. "Karena porsinya yang kecil, dampak NPL KTA tak signifikan," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Johana K.