Bank asing lebih suka kredit korporasi



JAKARTA. Keberadaan bank asing di industri perbankan Tanah Air masih menjadi perdebatan. Di tengah niatan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) membatasi kepemilikan saham investor asing di bank lokal, kontribusi asing terhadap ekonomi Indonesia menjadi pertimbangan penting.

Irwan Lubis, Deputi Komisioner Pengawasan Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), mengatakan, perbankan asing getol menyalurkan kredit korporasi. Sebab, sebagai bank yang memiliki induk di luar negeri, bank asing memiliki likuiditas murah dan melimpah.

OJK menilai, kucuran kredit bank asing di sektor kredit produktif menjadi salah satu peran positif. Tapi, tidak semua bank asing tertarik memutar duit di kredit produktif.  Menurut Irwan, bank asing asal Amerika Serikat (AS) dan Inggris lebih menyukai menggarap bisnis kredit konsumsi. Seperti, kartu kredit dan kredit tanpa agunan (KTA).


Sedangkan, “Bank asing dengan pemilik dari Korea dan Jepang komitmen untuk menyalurkan kredit korporasi perusahaan terafiliasi di sini,” kata Irwan, kepada KONTAN, Kamis (18/9).

Namun, bukan berarti bank lokal enggan menyalurkan kredit produktif. Selama ini, kondisi pengetatan likuiditas  kerap menyulitkan bank domestik untuk mengucurkan dana ke korporasi yang notabene nilainya jumbo. 

Nilai kredit lokal besar "Perbankan lokal menyiasati dengan kredit sindikasi," tambah Irwan. Sebagai gambaran, porsi kredit bank asing di kredit produktif, yakni kredit modal kerja dan kredit investasi memang jauh lebih besar dibandingkan kredit konsumsi. 

Mengutip data OJK, total kredit modal kerja dan kredit investasi bank asing sebesar Rp 222,93 triliun per Juli tahun ini. Angka lebih besar 10 kali lipat dibandingkan kucuran kredit konsumsi Rp 21,28 triliun. 

Sebagai perbandingan, kredit konsumsi bank lokal Rp 930,92 triliun, separuh dari total kredit modal kerja dan kredit investasi bank lokal yang mencapai Rp 2.109,84 triliun. Namun, secara nilai, kredit produktif bank lokal jauh lebih besar dibandingkan asing.

"Kredit UMKM lebih berdampak terhadap ekonomi dibanding kredit korporasi," ujar Sulaiman Arif Arianto, Direktur Bisnis Komersial Bank Rakyat Indonesia (BRI). Target BRI, kredit korporasi sebesar 20% dari portofolio kredit BRI.    

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia