JAKARTA. Bank asing paling piawai memasarkan kredit konsumer, terutama produk kartu kredit dan kredit tanpa agunan (KTA). Berdasarkan data yang dihimpun KONTAN, tiga bank asing menguasai pangsa pasar KTA. Standard Chartered Bank Indonesia (Stanchart) menggenggam pasar 28%, Bank ANZ Indonesia 20% dan Citibank Indonesia 17%. Dua bank lain yang masuk jajaran lima besar adalah bank swasta nasional milik asing, yakni Bank CIMB Niaga sebanyak 10% dan Bank Permata 10%. Data Bank Indonesia (BI) per Desember 2012 menunjukkan, penyaluran KTA bank asing tumbuh 6,7% atau mencapai Rp 3,08 triliun pada Desember 2012. Nilai KTA tersebut berasal dari selisih antara kredit bukan lapangan usaha senilai Rp 15,84 triliun, terhadap kredit yang penarikannya menggunakan kartu senilai Rp 12,76 triliun. Sedangkan, rata-rata realisasi KTA perbankan turun 33% menjadi Rp 138,41 triliun dibandingkan Rp 206,95 triliun.
General Manager Consumer Banking Standard Chartered Bank Indonesia, Franky Tanudjojo, mengatakan pihaknya menawarkan KTA kepada nasabah yang membutuhkan dana untuk kegiatan ringan. Maka itu, plafon kredit tidak terlalu besar. Misalnya, Rp 20 juta per nasabah. Namun, bank yang berpusat di Inggris ini enggan menyampaikan penggunaan KTA tersebut. "Untuk pengunaan kami serahkan ke masing masing nasabah," kata Franky. Biasanya, nasabah memanfaatkan KTA untuk biaya renovasi rumah, membayar pendidikan, jalan-jalan, pernikahan dan pemenuhan hobi serta gaya hidup lain. Belakangan, muncul dugaan KTA juga dipakai untuk menutupi kekurangan uang muka kredit properti dan kendaraan. Strategi ini untuk menyiasati kebijakan BI yang menaikkan uang muka kredit minimal 30%. Dugaan itu bertolak dari asumsi penjualan mobil dan properti melesat lebih tinggi dibandingkan KPR dan KPA. Peter Widjaja,
Product Manager Ready Credit Citibank Indonesia, mengklaim tahun lalu bisnis KTA Citi mencapai target. Namun, seperti biasa, manajemen bank asal Amerika Serikat ini tidak bersedia mengungkapkan target dan realisasi. "Meningkatnya ekonomi kelas menengah akan membuat KTA Citi di tahun 2013 terus tumbuh," katanya. Bank CIMB Niaga mencetak kenaikan KTA sebesar 135% menjadi Rp 944 miliar. Adapun, rasio kredit bermasalah atau
non-performing loan (NPL) berada pada level 2%. Bank milik investor Malaysia ini meraih pertumbuhan KTA paling tinggi, sedangkan sektor lainnya rata-rata tumbuh 12% sampai 32%. Meskipun terbesar, kontribusi KTA hanya 0,6% terhadap total kredit CIMB senilai Rp 145,4 triliun. "Di tengah pasar kredit yang stagnan, KTA kami mampu tumbuh tinggi," ucapnya. Direktur
Retail Banking Permata, Lauren Sulistiawati, mengatakan KTA bisa digunakan untuk keperluan apapun, dengan bunga dan angsuran tetap. Permata menawarkan KTA dari Rp 5 juta sampai Rp 300 juta. "Posisi pinjaman per September 2012 baru Rp 1 triliun," ucapnya.
Sementara itu, Bank DBS Indonesia menargetkan pertumbuhan KTA sebesar 30% tahun ini.
Head of Consumer Banking DBS Indonesia, Steffano Ridwan, mengatakan pertumbuhan pada 2012 di atas rata-rata industri atau 22%. Kemudian portofolionya tumbuh 25%-30%. "Namun nilai KTA masih di bawah Rp 1 triliun," ucapnya. Seperti bank lain, pinjaman tanpa agunan ini untuk kebutuhan tak terduga. Namun, ada juga debitur yang memanfaatkannya untuk membiayai kegiatan produktif. Biasanya, mereka butuh modal kerja secara cepat, sementara mengurus kredit produktif memakan waktu lama. DBS Indonesia menyediakan pinjaman dari Rp 5 juta - Rp 200 juta. Tenornya antara 6 bulan sampai 3 tahun. Meski tanpa agunan, rasio NPL tetap terkendali. Caranya, memperketat seleksi nasabah di awal dan memudahkan cara pembayaran. Stefano menambahkan, porsi kredit konsumer di Bank DBS terhadap total kredit, masih kecil. "Penyaluran kredit terbesar untuk sektor korporasi," klaim Steffano. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: