Bank Asing Tertular Likuiditas Seret



JAKARTA. Bank-bank asing mulai tersenggol dampak likuiditas ketat. Bank asing mulai haus dana. Maklum, mereka giat betul mengucurkan kredit. Ini terlihat dari laporan keuangan empat bank asing, yaitu ABN Amro, Citibank, HSBC, dan Standar Chartered. Keempat bank asing ini membukukan pertumbuhan kredit yang melaju kencang, meninggalkan pertumbuhan dana masyarakat.

Kredit yang mengalir deras itu berubah mencekik bank, ketika likuiditas di pasar mulai kering. Untuk memenangkan persaingan merebut dana, bank asing berani memasang bunga tinggi dibandingkan bank lokal. Analis perbankan, Mirza Adityaswara, menilai bank asing lebih terdesak likuiditas karena gerak mereka dalam mengumpulkan dana murah tak segesit bank-bank lokal. Bank lokal bisa unggul karena punya jaringan yang lebih luas.

Kebanyakan bank asing mengandalkan deposito untuk menjangkau dana masyarakat. Di saat likuiditas seret, bank asing mau tak mau harus menaikkan bunga deposito. Kebanyakan nasabah deposito adalah para pencari yield tinggi. Ujung-ujungnya, bank asing harus siap marginnya tergerus karena biaya dana naik.


Bantuan Dana dari Induk Perusahaan

Ambil contoh ABN Amro. Di semester satu tahun ini, ABN membukukan pendapatan bunga bersih alias net interest margin (NIM) sebesar 5,62%. Ini turun dibandingkan NIM tahun lalu, yaitu 6,47%. Citibank juga demikian, NIM-nya turun dari 8,67% menjadi 7,84%. Namun Mirza mengingatkan, kondisi likuiditas bank bisa jadi berbeda dengan angka yang tercermin di laporan keuangan. Dan, soal likuiditas merupakan masalah sehari-hari bank. "Selama bank itu menyalurkan kredit," imbuh Mirza.

Bank asing bisa saja minta bantuan dari bank induk mereka untuk mengatasi kesulitan likuiditas ini. Tapi sekarang, banyak bank asing tak bisa melakukan jurus ini karena induk mereka juga sedang mengencangkan ikat pinggang. Namun Stanchart mengaku, tak terlalu terganggu di saat likuiditas pasar sedang ketat. "Performa kami di semester pertama cukup baik. Bahkan kami berhasil mencetak kenaikan laba sebesar 31%," kata Senior Manager Corporate Affairs Stanchart Aminarno Kermaputra, kemarin. Sayang, Aminarno menolak bercerita panjang lebar tentang kondisi likuiditas Stanchart terkini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Test Test