KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Harga minyak terus naik dipicu lambatnya pemulihan produksi minyak di Amerika Serikat (AS) dari gangguan cuaca dingin yang ekstrim dan adanya optimisme atas peluncuran Covid-19. Pada Selasa (23/2), harga minyak mentah Brent naik US$ 1,1 atau 1,7% menjadi US$ 66,34 per barel pada waktu 0437 GMT. Minyak mentah AS naik 92 sen atau 1,5% menjadi US$ 62,62 per barel, setelah mencapai sesi tertinggi US$ 63. Kedua benchmark harga minyak itu telah naik lebih dari 2% pada hari Selasa setelah naik hampir 4% di sesi sebelumnya. Terjadi pembekuan pipa dan gangguan pasokan listrik akibat cuaca dingin yang ekstrim itu akan memperlambat pemulihan produksi minyak AS. Produsen Shale oil atau minyak serpih di AS bagian Selatan diperkirakan akan memakan waktu setidaknya dua minggu untuk bisa memulai kembali produksi dengan kapasitas 2 juta barel per hari.
Stephen Innes, Kepala Strategi Pasar Global di Axi dalam riset yang dikutip Reuters, Selasa (23/2) mengatakan, momentum positif untuk harga minyak akan terus berlanjut. Investor cenderung memiliki pandangan bulish. Baca Juga: Tren kenaikan berlanjut, harga minyak WTI ke US$ 61,84 per barel Bank-bank di Wall Street merevisi naik target harga minyak tahun ini. Goldman Sachs Commodities Research menaikkan perkiraan harga minyak mentah Brent sebesar US$ 10 untuk kuartal kedua dan ketiga tahun 2021 dengan pertimbangan pasokan minyak yang lebih rendah serta biaya marjinal yang lebih tinggi untuk memulai kembali aktivitas hulu dan arus masuk spekulatif. Goldman Sachs memprediksi harga minyak mentah Brent mencapai US$ 70/barel di kuartal kedua dan US$ 75/barel di kuartal ketiga. Sebelumnya Goldman Sachs memperkirakan harga Brent bakal berada di US$ 60 dan US$ 65 per barelnya masing-masing untuk kuartal kedua dan ketiga tahun ini.