KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Central Asia Tbk (
BBCA) bisa menangkap peluang memburuknya situasi ekonomi global. Dengan fundamental kuat, BBCA nampaknya lebih dilirik investor. Analis Maybank Sekuritas Jeffrosenberg Chenlim & Faiq Asad menilai, BBCA akan mendapat manfaat dari flight-to-quality yakni fenomena pasar keuangan yang terjadi ketika investor menjual apa yang mereka anggap sebagai investasi berisiko tinggi dan membeli investasi yang lebih aman. Hal tersebut karena kekhawatiran investor terhadap krisis perbankan global yang membayangi. Sebagai deposan sepertinya akan memprioritaskan keamanan pengembalian yang bisa ditawarkan oleh BCA.
Jeffrosenberg menilai situasi filght to quality tersebut bisa ditangkap oleh BBCA dengan kualitas aset yang kuat dan cadangan modal yang signifikan. Indikator CET1 sebesar 25,9% dan CAR sebesar 26,8%. Maybank Sekuritas menaikkan perkiraan pertumbuhan simpanan BBCA di tahun ini menjadi 10,1% year on year (YoY) dari sebelumnya 8% YoY.
Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham Bank Central Asia (BBCA) “Mengingat sentimen global yang negatif pada yang bank lebih kecil, kami berharap BBCA mendapat manfaat dari pergeseran simpanan menuju yang bank besar,” tulis Jeffrosenberg dalam riset tanggal 3 April 2023. Pada sepanjang tahun 2022, Jeffrosenberg memaparkan, total pinjaman Bank BCA naik 11,7% YoY menjadi Rp 711 triliun yang didorong oleh tiga jenis pinjaman yaitu korporasi tumbuh 12,5%, komersial & UKM 10,1%, serta konsumen 11,7%. Selain itu, perbaikan kualitas kredit mengurangi restrukturisasi pinjaman sebesar 24,6% YoY serta Non Performing Loan (NPL) turun menjadi 1,7% pada 2022 dari 2,2% di tahun 2021. Dengan kuatnya pertumbuhan pinjaman pada Januari 2023 senilai 11,1% YoY bersama dengan Loan to Deposit Ratio (LDR) yang cukup di 66,4%, Maybank Sekuritas meningkatkan estimasi total pinjaman dan pembiayaan BBCA untuk tahun 2023 dan 2023 menjadi Rp 789.8 triliun dan Rp 869,4 triliun dari Rp 782,1 triliun dan Rp 860,9 triliun. Jeffrosenberg menyoroti laba bersih BBCA yang tinggi sebesar Rp 40,7 triliun yang didukung oleh kaualitas aset yang lebih tinggi dan peningkatan margin bunga bersih alias Net Interest Margin (NIM). Dengan biaya kredit bank saja turun menjadi 0,7%, provisi biaya turun menjadi Rp 4,5 triliun atau lebih rendah 51,5% YoY. Selanjutnya, rasio dana murah atau current account saving account (CASA) cenderung meningkat menjadi 82,3% di tahun lalu dari 79,0% di 2021. Maybank Sekuritas mengantisipasi imbal hasil pinjaman BCA meningkat pada tahun 2023 dan tahun 2024 menjadi 6,6% dan 6,7% dari 6,5% pada 2022. Sementara biaya dana diproyeksikan meningkat menjadi 0,9% dan 1,0% dari 0,8% di 2022.
Karena imbal hasil pinjaman yang lebih tinggi tersebut, maka NIM Bank BCA tahun 2023 dan 2024 masing-masing diperkirakan naik menjadi 5,7% dan 5,8% dibanding 5,3% pada tahun 2022. Rekomendasi Maybank Sekuritas berubah dari Sell menjadi Hold karena mempertimbangkan return on equity (RoE) yang lebih tinggi sebesar 19,3%. Rasio RoE ini merupakan indikator yang sangat penting bagi para pemegang saham dan calon investor untuk mengukur kemampuan bank dalam memperoleh laba bersih yang dikaitkan dengan pembayaran dividen. Jeffrosenberg merekomendasikan Hold pada BBCA dengan target harga di Rp 9.000 per saham. Tahun ini, laba emiten bank swasta tersebut diperkirakan sebesar Rp 44,5 triliun. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi