Bank belanja besar teknologi informasi



JAKARTA. Bank makin fokus mengembangkan bisnis perbankan berbasis teknologi informasi. Itu sebabnya, tahun ini mayoritas bank menganggarkan belanja modal atau capital expenditures (capex) yang mayoritas untuk belanja pengembangan teknologi informasi (TI).

Lihat saja yang dilakukan Bank Rakyat Indonesia (BRI). Menurut Achmad Baiquni, Direktur Keuangan BRI, tahun ini capex BRI Rp 5 triliun-Rp 6 triliun. Sekitar 55% dana untuk memenuhi anggaran belanja TI, ekspansi jaringan, khususnya bisnis mikro dan pengembangan e-channel. Sementara sekitar Rp 3 triliun untuk akuisisi bisnis.

Begitu pula Bank BNI. Tribuana Tunggadewi, Sekretaris Perusahaan BNI, mengatakan, tahun ini bank nomor empat terbesar di Indonesia ini menyiapkan anggaran belanja modal sekitar Rp 2,7 triliun. Jumlah ini meningkat dua kali lipat dibandingkan tahun 2013. Tahun lalu, realisasi capex BNI sekitar Rp 1,22 triliun. Dari jumlah itu, "Paling besar untuk belanja perangkat teknologi dan bangunan gedung," jelas dia, Senin (24/2).


Begitu pula Bank Central Asia (BCA). Jahja Setiaatmadja, Presiden Direktur BCA, menyatakan capex BCA tahun ini antara Rp 2,5 triliun-Rp 2,7 triliun. "Belanja terbesar atau lebih dari 50% untuk TI dan ekspansi e-channel," ujar dia. Bank Mandiri malah sudah beberapa tahun ini ekspansif memperbaiki fasilitas TI.

Menurut Pahala N Mansury, Direktur Keuangan dan Strategi Bank Mandiri, sejak tahun 2012, pihaknya menyiapkan belanja TI antara US$ 100 juta-US$ 150 juta. Dana itu akan digunakan dalam dua hingga tiga tahun. Tahun ini, Mandiri menyiapkan capex Rp 2,59 triliun. Porsi terbesar, yakni sekitar Rp 1,6 triliun untuk membeli komputer, perangkat lunak, dan peralatan kantor. Sisanya untuk membeli tanah, bangunan dan renovasi kantor. 

Bank Internasional Indonesia (BII) juga menyiapkan anggaran besar. Thila Nadason, Direktur Keuangan BII, bilang, BII merealisasikan capex senilai US$ 30 juta. "Tahun ini, untuk TI saja kami siapkan US$ 20 juta-US$ 25 juta. Kami akan fokus pada layanan digital," terang Thila.

Sementara, Bank OCBC NISP, menganggarkan capex lebih dari Rp 300 miliar. Parwati Surjaudaja, Presiden Direktur OCBC NISP, menerangkan, sama seperti yang lain, capex mengalir untuk investasi TI dan jaringan. Dana capex TI 65%. Selanjutnya 30% untuk pengembangan jaringan layanan. "Tahun lalu kami anggarkan Rp 200 miliar. Tak sepenuhnya kami serap," jelas Parwati.

Pilihan menggenjot fasilitas TI ini bukannya tanpa alasan. Selain menjadi efisien, melalui TI, bank bisa mendulang pendapatan non-bunga (fee based) dari layanan transaksi yang berbasis TI. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dessy Rosalina