Bank belum yakin kredit mubazir turun di 2016



JAKARTA. Sejumlah bank, terutama yang masuk dalam kategori bank BUKU III atau yang mempunyai modal inti antara Rp 5 triliun sampai Rp 30 triliun, belum terlalu yakin sampai akhir tahun ini fasilitas kredit kepada nasabah yang belum ditarik atau undisbursed loan perlahan bisa mengalami penurunan. 

Alasannya, karena kondisi tersebut sangat tergantung dengan kondisi ekonomi dan permintaan kredit.

Direktur Community Financial Services Bank Maybank Indonesia Jenny Wiriyanto mengatakan, sampai akhir tahun, undisbursed loan masih akan relatif sama sampai akhir tahun. 


Jenny mengaku pada kuartal I 2016, memang terjadi kenaikan fasilitas kredit kepada nasabah yang belum ditarik sebesar 20,55% menjadi Rp 32,7 triliun. 

“Tren kedepannya untuk undisbursed loan akan relatif stabil,” ujar Jenny kepada KONTAN, Senin (23/5).

Berdasarkan laporan keuangan Maybank Indonesia kuartal I 2016, hampir 90% dari kredit mubazir bank berkode BNII ini berasal dari fasilitas kredit kepada nasabah non BUMN dalam bentuk uncommitted loan yang belum ditarik.

Sebagai gambaran kredit yang belum dicairkan berupa uncommitted loan ini artinya adalah komitmen kredit yang masih bisa dibatalkan oleh bank jika kondisi debitur tidak memenuhi persyaratan.

PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk juga memprediksi tidak akan banyak perubahan terkait dengan fasilitas kredit yang belum dicairkan ini. 

Pada kuartal I 2016, undisbursed loan bank berkode BBTN ini naik 4,13% menjadi Rp 13,1 triliun. Sebanyak 88,24% kredit yang belum dicairkan ini berupa uncommitted. 

“Pada kuartal I 2016 kenaikan undisbursed loan tidak terlalu signifikan, secara umum masih dalam kondisi normal,” ujar Direktur Keuangan BTN, Iman Nugroho Soeko, Senin (23/5).

Direktur Utama Citi Indonesia, Batara Sianturi menimplai, terkait jumlah fasilitas kredit yang belum dicairkan sampai akhir tahun memang akan tergantung kondisi ekonomi. 

Pada kuartal I 2016, tercatat Citi Indonesia mencatatkan kenaikan 8,27% jumlah undisbursed loan menjadi Rp 56,9 triliun. 

“Jadi masih menunggu realsiasi outlook dari pertumbuhan ekonomi tahun ini,” ujar Batara.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dikky Setiawan