Bank berebut kue kredit pensiunan tahun ini



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank pemain kredit pensiunan optimistis tahun ini bisnis makin positif. Beberapa pemain bisnis ini antara lain PT Bank Bukopin Tbk dan PT Bank Mandiri Taspen (Mantap) dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk.

Direktur Bukopin Rivan A. Purwantono mengatakan pihaknya yakin kredit pensiunan dapat digodok tumbuh hingga ke level 15% secara tahunan atau year on year (yoy).

Rivan menjelaskan, dalam menggeluti bisnis kredit pensiunan setiap bank pasti memiliki mitra usaha sama yaitu PT Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Asabri) dan PT Tabungan dan ASuransi Pensiun (Taspen).


Meski belum dapat merinci secara detil, lanjut Rivan, sampai dengan kuartal I 2018 total realisasi kredit pensiunan Bukopin telah mencapai Rp 12 triliun. Sayang, Rivan mengaku tak hafal pertumbuhan kredit pensiunan tersebut.

Menurutnya, penyaluran kredit pensiunan Bukopin sebanyak 80% berasal dari nasabah Taspen. Sementara sisanya berasal dari Asabri. "Keduanya sudah memberikan kontribusi baik. Kalau Rp 12 triliun, hampir 80% adalah Taspen, sisanya Asabri," ujarnya kepada Kontan.co.id, di Jakarta, Kamis (3/5).

Untuk mencapai target tahun ini, bank bersandi emiten BBKP ini telah menyiapkan segelintir strategi. Di antaranya dengan memperluas cakupan layanan bisnis di hampir seluruh kantor cabang Bukopin.

Tidak hanya itu, perseroan juga menyusun program edukasi bagi para pensiunan agar berminat meminjam kredit lewat Bukopin. Rivan menambahkan, Bukopin juga mengeluarkan produk baru bagi nasabah menunggu masa pensiun (MMP) untuk melakukan pinjaman kredit.

"Kalau tahun ini tumbuh 15% saya rasa optimis. Karena pertumbuhan 15% sampai 20% pernah kami lalui. Ticket size kredit pensiun juga tidak besar di bawah Rp 300 juta," ujarnya.

Sementara itu, Bank Mantap menyebut kredit pensiun masih menjadi tonggak utama penggerak bisnis perseroan.

Direktur Utama Bank Mantap Josephus K Triprakoso menyebut sampai dengan kuartal I 2018 saja realisasi kredit pensiunan Bank Mantap sudah mencapai Rp 10,1 triliun. Jumlah ini disebut Josephus tumbuh sebanyak 161% secara yoy.

Kue masih besar

Menurutnya, kue kredit pensiunan masih cukup besar. Catatan Bank Mantap, saat ini kue kredit sektor pensiunan mencapai Rp 94 triliun.

"Segmen ini potensinya masih besar dan Bank Mantap juga masih 10,5% (pangsa pasar)," katanya kepada Kontan.co.id, Kamis (3/5). Selain itu, Bank Mantap mencatat rasio kredit bermasalah kredit pensiunan alias non performing loan (NPL) cukup rendah yakni di kisaran 0,64%.

Sampai akhir tahun, bank yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh PT Bank Mandiri (Persero) Tbk ini mematok NPL maksimal sebesar 1%.

Adapun, untuk penyaluran kredit sektor ini Bank Mantap mematok realisasi sebesar Rp 15 triliun sampai dengan akhir tahun 2018. Sebagai gambaran, per kuartal I 2018 total realisasi kredit Bank Mantap mencapai Rp 11,94 triliun. Jumlah ini melesat 93% bila dibandingkan dengan kuartal I 2017.

Sementara itu, Direktur Konsumer BRI Handayani mengatakan tahun ini pihaknya menarget bisnis kredit pensiunan dapat tumbuh 18% hingga 19%. Jumlah tersebut terbilang stabil dengan kenaikan kredit pensiunan BRI pada kuartal I 2018.

Sayang, Handayani enggan merinci secara detil besaran kredit pensiunan yang telah disalurkan perseroan.

"Kredit pensiunan BRI di kuartal I 2018 tumbuh 18%. Target di kisaran 18% sampai 19%," tuturnya kepada Kontan.co.id, Sabtu (5/5).

Sebelumnya, Direktur Utama BRI Suprajarto menjelaskan pihaknya siap bersaing dengan pemain bisnis pensiunan lain, terutama PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN).

"Kami catat BTPN sudah agak kendor di kredit pensiunan, makanya kami ingin banyak masuk ke bisnis kredit pensiunan ini," kata Suprajarto dalam berita yang dimuat Kontan.co.id, Kamis (3/5) lalu.

Rencana BRI ingin masuk lebih dalam ke kredit pensiunan ini sejalan dengan arahan Komisi VI DPR yang mendorong bank BUMN bisa masuk lebih dalam di bisnis ini.

Untuk mengembangkan kredit pensiunan, BRI akan meningkatkan variasi produk. Selain itu bank juga akan memperhatikan kebutuhan dan berusaha memahami persoalan yang dihadapi pensiunan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie