JAKARTA. Persaingan di kredit konsumer semakin sengit. Perbankan terus mengasah amunisi, salah satunya memperkuat jejaring kredit konsumer melalui anak usaha multifinance. Demi memperluas pasar, bank terus menggenjot kinerja operasional anak usaha. Agar kontribusi maksimal, ada bank yang menambah kepemilikannya di multifinance. Kabar teranyar, aksi Bank Permata menggenjot modal anak usahanya, Astra Sedaya Finance. Permata siap menyuntik modal Rp 2,04 triliun lewat skema penerbitan saham baru Astra Sedaya sebanyak 237,61 juta unit. Seusai transaksi, Bank Permata akan menguasai 25% saham Astra Sedaya, sedangkan PT Astra International Tbk menguasai 75% saham
(Harian KONTAN, 25 Juni 2013). Setelah modal mengucur, Bank Permata dan Astra Sedaya bisa mendongkrak pertumbuhan bisnis di sektor otomotif, meningkatkan fasilitas pembiayaan bersama
(joint financing) dan penjualan silang
(cross selling). Direktur Utama Bank Permata, David Fletcher, pernah menyatakan transaksi ini akan melengkapi bisnis perbankan ritel dan memberikan peluang strategis untuk membangun skala bisnis joint financing Permata secara signifikan. Bank lain yang siap bertarung di kredit konsumer adalah Bank Central Asia (BCA). Bank yang teralifilasi dengan Grup Djarum ini mulai mewujudkan niat menjadi induk usaha atau holding company di industri jasa keuangan. BCA berniat memperbesar kepemilikan saham dan menyuntik modal ke anak usaha non-bank. Saat ini, BCA sedang menanti restu Bank Indonesia untuk meningkatkan kepemilikan di perusahaan pembiayaan sepeda motor, Central Sentosa Finance. BCA ingin menambah kepemilikan dengan membeli 45% saham Central Sentosa milik Multikem Suplindo dan Sinar Mitra Sepadan Finance. Dus, kepemilikan BCA di Central Sentosa akan meningkat menjadi 70%. Ini lantaran 25% saham Central Sentosa digenggam BCA Finance. Lantaran terbentur aturan, BCA masuk perusahaan pembiayaan melalui anak usahanya, BCA Sekuritas. BCA siap menambah modal Rp 100 miliar ke BCA Sekuritas. Pemain lain, Bank BNI dan Sinar Mas Multiartha (SMMA) juga siap berjibaku dalam meraih pasar kredit konsumer. Di awal Juni lalu, BNI kembali menambah modal Rp 75 miliar ke anak usaha, BNI Multifinance. Dus, modal disetor BNI di anak usaha itu menjadi Rp 95,4 miliar.
BNI memiliki 99,9% saham BNI Multifinance. Awalnya, modal disetor BNI hanya Rp 20,4 miliar. Sejak tahun 2005, bisnis BNI Multifinance fokus pada pembiayaan mobil, motor dan produk elektronik serta rumah tangga. SMMA, pemilik Bank Sinar Mas, juga tak mau kalah. Pada April lalu, SMMA menyuntik modal Rp 300 miliar Sinar Mas Multifinance. Pada akhir 2012, nilai modal disetor perusahaan itu sebesar Rp 700 miliar. Sepanjang tahun lalu, Sinar Mas Multifinance mengucurkan pembiayaan Rp 1 triliun, menanjak 17% dari setahun sebelumnya yang mencapai Rp 861,6 miliar. Laba bersih pun meningkat 14% menjadi Rp 53 miliar. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Sandy Baskoro