Bank bersiasat mendongkrak kredit properti



JAKARTA. Bisnis properti diprediksi melambat pada tahun ini. Riset Indonesia Properti Watch (IPW), bulan lalu, menyebutkan, booming penjualan properti yang terjadi sejak 2009-2012 dengan pertumbuhan per tahun sebesar 50%, akan melambat. Tahun ini, penjualan properti hanya akan tumbuh 20%–25%.

Buntutnya, penyaluran kredit kredit pemilikan rumah (KPR) bank di 2014 tidak akan sederas tahun lalu. Terlebih, setelah Bank Indonesia (BI) mengetatkan kredit properti lewat kebijakan loan to value (LTV) sejak tahun 2013.

Toh, begitu, para bankir tak kekurangan akal untuk mendongkrak penyaluran KPR. Ambil contoh, PT Bank CIMB Niaga Tbk.


Tony Tardjo, Head of Consumer Lending PT Bank CIMB Niaga Tbk bilang, pihaknya menggenjot KPR ke daerah-daerah yang bisnis propertinya tengah berkembang.  "Kesempatan mengembangkan KPR di luar kota besar masih terbuka," kata Tony, akhir pekan lalu.

Ia mencontohkan, Palembang, Jambi, Yogyakarta, Malang, dan Makassar. Kata Tony, dengan asumsi rata-rata plafon pinjaman debitur CIMB Niaga disejumlah wilayah itu bernilai Rp 500 juta, maka kucuran kredit pemilikan rumah CIMB di tahun ini bisa tumbuh 10% dari tahun lalu.

Sebagai catatan, pada akhir 2013, CIMB Niaga membukukan penyaluran KPR senilai Rp 22,41 triliun, naik 8% dari periode sama tahun 2012 sejumlah Rp 20,66 triliun.

Nah, sampai kuartal I 2014 lalu, Tony menambahkan, pertumbuhan KPR CIMB Niaga masih di bawah 10%.

Mengkreasi suku bunga

PT Bank Central Asia Tbk (BCA) memiliki cara lain dalam mempertahankan pertumbuhan bisnis KPR di Tahun Kuda Kayu ini. Felicia Mathelda Simon, Kepala Divisi Bisnis Kredit Konsumer BCA mengatakan, pihaknya menawarkan variasi suku bunga kredit yang menarik bagi konsumen properti.

Variasi suku bunga itu, lanjut Felicia, terdiri dari suku bunga KPR sebesar 9,5% fixed 1 tahun, lalu bunga 9,75% fixed 2 tahun, 10% fixed 3 tahun,  dan bunga 10,5% fixed 5 tahun. "Ada juga fix and cap. Dengan suku bunga 9,9% fixed 3 tahun pertama, selanjutnya cap dengan maksimal 11%," ujarnya.

Tentu bukan tanpa alasan, BCA mengemas beragam penawaran suku bunga KPR tersebut. Felicia mengatakan, pertumbuhan KPR BCA pada tahun ini memang melambat dibandingkan tahun lalu.

Menurut Felicia, kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate) yang mengerek suku bunga kredit, serta penerapan aturan LTV untuk pinjaman KPR kedua dan seterusnya menekan pertumbuhan kredit.

Pada tahun ini, BCA memasang target pertumbuhan KPR tidak setinggi tahun-tahun sebelumnya. "Mengacu proyeksi pertumbuhan kredit 13%-15%, pertumbuhan KPR BCA akan disesuaikan dengan kebijakan tersebut," ujar Felicia, tanpa menyebutkan angka pastinya.

Pada akhir 2013, BCA membukukan portofolio KPR senilai Rp 52,9 triliun. Angka tersebut tumbuh 26,55% dari posisi akhir tahun 2012 yang senilai Rp 41,8 triliun.

Pada tahun 2013, KPR menyumbang 17% bagi total portofolio kredit BCA. Selain itu, bisnis KPR juga menyumbang 60,9% terhadap total kredit konsumer BCA.

Rully Nova, analis dari PT Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk menilai, pasar properti di tahun ini sebetulnya masih menjanjikan. "Terutama jika melihat kebutuhan orang memiliki rumah yang masih sangat besar," kata Rully.

Sayangnya, imbuh Rully, pasar properti saat ini sudah banyak dikuasai para spekulan yang tentu saja memiliki banyak uang.  Selain itu, pembelian properti saat ini sudah banyak didominasi pembayaran secara tunai.           

Ini mesti menjadi perhatian regulator. Sebab, BI atau Otoritas Jasa Keuangan (OJK), kesulitan memantau spekulan di pasar properti ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Hendra Gunawan