Bank besar fokus jaga rasio CASA tahun ini



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sampai dengan kuartal I-2019 likuiditas perbankan masih mengalami pengetatan. Alih-alih untuk tetap menjaga likuditas tetap stabil, perbankan juga berniat untuk mendongkrak pertumbuhan dana murah atau menjaga di level yang stabil.

Ambil contoh misalnya, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) yang per akhir kuartal I-2019 mencatat kenaikan dana pihak ketiga (DPK) sebesar 7,9% secara year on year (yoy) menjadi Rp 629,57 triliun.

Kendati kenaikannya tipis, mayoritas DPK BCA bersumber dari dana murah (current account and saving account/CASA) sebanyak Rp 483,7 triliun atau 76,8% dari total DPK. Sejalan dengan DPK, pertumbuhan CASA BCA ini juga meningkat 7,2% yoy dari periode tahun sebelumnya.


Direktur BCA Santoso Liem mengatakan BCA tidak pernah memasang target CASA. Menurutnya, pertumbuhan dana murah tersebut utamanya sejalan dengan layanan perbankan yang semakin lengkap ditambah pula dengan tingkat kemudahan bertransaksi para nasabah.

"Kami mempertahankan saja yang sudah baik, di kisaran angka 75%-78% (rasio CASA)," katanya kepada Kontan.co.id, Minggu (28/4).

Sebelumnya, Direktur Utama BCA Jahja Setiaatmadja juga mengatakan kalau pertumbuhan CASA selalu dibarengi dengan peningkatan transaksi terutama dari sisi digital. Terbukti, pada Maret 2019 lalu pertumbuhan transaksi mobile banking dan internet banking BCA meningkat pesat sebesar 25,8% secara yoy.

"Posisi permodalan yang kuat, kecukupan likuiditas dan kualitas kredit yang sehat merupakan faktor utama bagi pertumbuhan bisnis ke depan," ujar Jahja.

Bukan cuma BCA yang rajin memupuk CASA, bank raksasa lain juga melakukan hal serupa. Semisal PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) yang per akhir kuartal I-2019 mencatatkan rasio CASA sebesar 60,5% dari total DPK yang menembus Rp 575,74 triliun.

Jumlah CASA tersebut utamanya ditopang dari dana giro yang mencapai Rp 164,96 triliun di kuartal I-2019 naik 24,2% secara yoy. Sementara dana tabungan tumbuh lebih tipis 5,1% secara tahunan menjadi Rp 183,62 triliun.

Kendati rasio ini menurun dari tahun lalu sebesar 62,4%, posisi tersebut masih berada dalam kisaran target perusahaan. 

Direktur Keuangan BNI Anggoro Cahyo mengatakan pihaknya berupaya menjaga rasio CASA di kisaran 60%-63% alias stabil dengan periode di 2018.

"CASA memang menjadi fokus kami, ini untuk menjaga biaya dana juga," katanya kepada Kontan.co.id, Rabu (25/4) lalu. 

Nah, beberapa strategi yang digalakkan BNI yakni dengan mendorong kerjasama dengan nasabah korporasi dan institusi perusahaan untuk menambah jumlah rekening giro dan dana tabungan.

Pihaknya juga akan mendorong layanan cash management sebagai solusi kebutuhan nasabah korporasi. Di samping tetap melakukan optimalisasi layanan digital kepada nasabah untuk meningkatkan jumlah transaksi.

Tak ketinggalan, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) mengatakan pihaknya tetap berupaya untuk menjaga rasio CASA stabil di tahun ini. Adapun, di kuartal I-2019 rasio CASA BRI ada di level 57,85%. Terbilang stabil dari tahun lalu 57,61%.

Bila dirinci posisi tersebut utamanya didorong dari peningkatan dana giro sebesar 24,1% yoy menjadi Rp 157,05 triliun. Sementara tabungan tumbuh dari Rp 126,59 triliun menjadi Rp 157,05 triliun atau naik 24,1% yoy.

"Komposisi dana murah menjadi penopang utama DPK BRI, dengan pertumbuhan 14,01% secara yoy," kata Suprajarto, Direktur Utama BRI.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi