KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) Kartika Wirjoatmodjo memprediksi pertumbuhan kredit bank berlogo pita emas ini makin moncer di kuartal II-2019. “Sebenarnya di kuartal I-2019 kemarin pertumbuhannya juga lumayan baik mencapai 12,5% (yoy). Tapi di segmen konsumer, khususnya KPR, dan kredit kendaraan bermotor memang agak melambat,” katanya saat ditemui Kontan.co.id di Jakarta, Selasa (16/4). Perlambatan di segmen kredit konsumsi disebutkan pria yang akrab disapa Tiko ini disebabkan adanya gelaran pemilu, dimana ia menilai masyarakat masih
wait and see menunggu hasil pemilihan.
Makanya, setelah pemilu usai, ia optimistis mulai kuartal II-2019 kredit konsumer Bank Mandiri juga akan mulai terangkat. Sementara pada kuartal I-2019 segmen korporasi menjadi penopang utama. “Di segmen korporasi pada kuartal I-2019
demand-nya cukup tinggi, jadi harapan kami selanjutnya juga mulai ada shifting, tak hanya dari infrastruktur, melainkan juga dari manufaktur, ,dan FMCG (
Fast Moving Consumer Goods),” paparnya. Sedangkan hingga Februari 2019, Mandiri tercatat telah menyalurkan kredit senilai Rp 692,9 triliun. Tumbuh 16,94% (yoy) dibandingkan Februari 2018 senilai Rp 592,2 triliun. Hingga akhir tahun, Tiko optimistis Bank Mandiri bisa meraih pertumbuhan kredit mencapai 13%. Sebelumnya, Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) Jahja Setiatmadja juga menyatakan hal serupa. Ia menilai mulai kuartal II-2019 pertumbuhan kredit akan mulai membaik, khususnya ditopang melalui kredit modal kerja (KMK). “Ini menjelang lebaran permintaan kredit modal kerja biasanya meningkat, karena pelaku usaha biasanya menumpuk persediaan barang. Usai pemilu juga kredit investasi akan lebih banyak karena saat ini pelaku usaha masih
wait and see atas Pemilu. Kami berharap hingga Juni 2019 (semester I-2019) pertumbuhan kredit kami bisa mencapai 14%,” kata Jahja.
Sementara hingga kuartal I-2019, Jahja menyatakan BCA telah meraih pertumbuhan kredit sebesar 13% (yoy). Jika dibandingkan kuartal IV-2019 pertumbuhan kredit BCA memang sedikit menurun. Hingga akhir 2018 lalu, BCA mencatat pertumbuhan kredit mencapai 15,1% (yoy). Sebagai tambahan, dalam survei perbankan triwulanan, Bank Indonesia mencatat terjadi perlambatan pertumbuhan kredit baru pada kuartal I-2019 jika dibandingkan kuartal IV-2018. Hal ini tercermin dari saldo bersih tertimbang (SBT) permintaan kredit baru sebesar 50%, lebih rendah dibandingkan 71,7% pada triwulan sebelumnya. Perlambatan pertumbuhan permintaan kredit baru ini terjadi pada kredit modal kerja dan kredit investasi yang terindikasi dari penurunan SBT permintaan kredit modal kerja dari 77% menjadi 68,2% dan kredit investasi dari 83,1% menjadi 74,7%. Sementara itu, pertumbuhan triwulanan kredit konsumsi meningkat, terindikasi dari meningkatnya SBT dari 28% menjadi 30,4%. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi