Bank besar mengoleksi surat berharga



JAKARTA. Pengetatan likuditas masih membayangi perbankan Tanah Air. Namun, kondisi ini tidak dirasakan bank kelas kakap yang memiliki basis nasabah besar. Di saat bank menengah dan bank kecil berebut dana, bank kelas kakap malah sibuk mengatur strategi menempatkan likuiditas berlebih.

Di awal tahun, perang bunga deposito turut memaksa bank besar mengerek bunga simpanan. Akibatnya, bank besar mulai dibanjiri likuiditas. Royke Tumilaar, Managing Director Treasury, Financial Institution and Special Asset Management Bank Mandiri, mengatakan, pihaknya menempatkan kelebihan dana dengan membeli surat berharga.

"Hingga akhir tahun penempatan dana pada surat berharga akan naik karena penyaluran kredit masih rendah sedangkan dana pelan-pelan terus mengalir," jelas Royke kepada KONTAN, Selasa (17/6). Saat ini, Mandiri menaruh dana di sejumlah instrumen. Yakni Sertifikat Bank Indonesia (SBI), term deposit BI, pinjaman antara bank atau surat utang.


Hingga April 2014, kepemilikan surat berharga Mandiri sebesar Rp 98,62 triliun, naik 12,33% dibandingkan posisi Desember 2013 (lihat tabel). Royke bilang, Mandiri mendiversifikasi surat berharga sesuai kebutuhan likuiditas. Mandiri menempatkan sebagian dana di pos term deposit yang memiliki jangka waktu lebih pendek. Tapi, "Rata-rata bunga term deposit BI lebih rendah dari surat utang," kata Royke.

Mencari untung

Senada, Bimo Notowidigdo, Division Head Treasury Bank BNI mengatakan, BNI menambah kepemilikan surat berharga karena kelebihan likuiditas. Saat ini, porsi Surat Utang Negara (SUN) mendominasi keranjang portofolio surat berharga BNI.

Alasannya, imbal hasil (yield) dari SUN sekitar 8%, lebih tinggi ketimbang bunga antar bank yang sekitar 5,75%-5,8%. SUN juga terbilang aset likuid alias mudah dicairkan sewaktu-waktu. "Selama ini, penempatan dana di surat berharga sama sekali tidak mengganggu likuiditas BNI karena sangat likuid. Jika butuh dana untuk kredit, tinggal dilepas ke pasar," jelas dia Bimo.

Wan Razly Abdullah, Chief Financial Officer CIMB Niaga, mengatakan, pihaknya selektif menempatkan dana di surat berharga. Selama ini CIMB Niaga menempatkan dana di surat berharga demi mengantongi pendapatan bunga dan capital gain.

Tapi, "Kondisi pasar sedang fluktuatif. Surat berharga tidak bisa diandalkan menjadi sumber keuntungan bank," ujar Wan Razly. CIMB Niaga mengoleksi SBI, SUN dan obligasi korporasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dessy Rosalina