JAKARTA. Kerontokan harga komoditi di dunia mulai berimbas ke para pedagang komoditi lokal. Celakanya, kesulitan itu akhirnya menular hingga ke sektor perbankan. Kisah tentang bank yang ter-imbas lesunya bisnis komoditi terjadi di Lampung. Kredit yang disalurkan sejumlah bank kepada PT Tripanca yang memiliki bisnis utama perdagangan, mulai mengkhawatirkan. Nilai pinjaman Tripanca ke bank diperkirakan mencapai Rp 2 triliun. Fasilitas yang diberikan kepada Tripanca adalah resi gudang berjaminan komoditi yang tersimpan di gudang Tripanca.Salah satu kreditur Tripanca adalah PT Bank Mega Tbk. "Kami memberikan kredit kepada grupnya bukan ke Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang mereka miliki," tutur Direktur Kredit Bank Mega Daniel Budirahaju, kemarin. Tripanca memang memiliki BPR yang juga bernama Tripanca.Daniel menyatakan kredit yang disalurkan Bank Mega ke Tripanca sebesar US$ 47 juta. Jika dikonversi dengan nilai rupiah saat ini, fasilitas kredit itu kurang lebih Rp 500 miliar.Tripanca mulai kesulitan melunasi utangnya ke bank-bank besar ketika harga komoditi pertanian di pasar global rontok. Kondisi ini yang menyebabkan Tripanca mengalami kesulitan cash flow, sehingga mereka susah membayar utang kepada perbankan.Tak terlalu khawatirBank lain yang turut memberikan kredit ke Tripanca adalah PT BRI Tbk. "Kami memang menyalurkan pinjaman ke daerah Lampung," tutur Direktur Utama BRI Sofyan Basir.Namun Sofyan belum bersedia memberikan penjelasan lebih lanjut tentang nilai kredit ke Tripanca. "Saya harus mencari keterangan dulu tentang masalah Tripanca," kata Sofyan.Dalam perhitungan Daniel, Bank Mega tak akan menanggung rugi dalam nilai besar jika kredit ke Tripanca macet. Alasan Daniel, Tripanca sudah menyerahkan agunan berupa komoditi pertanian seperti kopi, cengkeh, lada, dan kakao yang nilainya setara dengan besar kredit.Bahkan, Daniel mengaku Bank Mega tak perlu menyiapkan pencadangan untuk kredit Tripanca. Saat Tripanca mulai kesulitan melunasi utang, Bank Mega langsung menyita sejumlah aset Tripanca berupa gudang berikut dengan isinya.Di samping memiliki utang ke berbagai bank, ternyata Tripanca juga terbelit masalah pembayaran ke para pemasok komoditi. Atong Wijaya, seorang wakil pemasok Tripanca, menyatakan Tripanca belum membayar 3.000 ton kopi dan 2.000 ton lada yang mereka titipkan.Total harga kedua komoditi ini di saat penyerahan, yaitu Rp 89 miliar. Perinciannya, sebanyak 3.000 ton kopi senilai Rp 43 miliar dan harga 2.000 ton lada adalah Rp 46 miliar.Atong juga menuding Tripanca telah menggunakan Slip Penarikan Tripanca (SPTP) sebesar Rp 600 miliar untuk membayar komoditi yang mereka beli dari pemasok. Namun slip tersebut tak ada uangnya. Para pemasok sudah melaporkan kasus slip bodong ini ke polisi.Darbi, konsultan bisnis kelompok tersebut menyatakan Sugiharto Wiharjo, pimpinan grup Tripanca berjanji menyelesaikan kewajiban. "Masalah ini muncul karena penurunan harga komoditi saja," tutur Darbi.
Bank Besar Terseret Utang PT Tripanca
Oleh: Arthur Gideon
Titis Nurdiana
Titis Nurdiana
Kamis, 20 November 2008 08:26 WIB