KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) terus meningkat hingga November 2022. Bank pelat ini meraup laba bersih Rp 2,79 triliun dalam sebelas bulan pertama tahun ini atau meningkat 41,51% secara tahunan. Sampai akhir tahun, manajemen BTN optimistis laba bersih sepanjang 2022 ini bisa menembus Rp 3 triliun, melebihi konsensus para analis yang memprediksi Rp 2,89 triliun. Analis menilai kinerja positif ini menjadi modal besar bagi BTN yang saat ini sedang melaksanakan Penambahan modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD) atau rights issue.
Baca Juga: Harga Pelaksnaan Rights Issue BBTN Rp 1.200, Simak Harga Teoritisnya Berdasarkan laporan bulanan BTN dikutip Senin (26/12), perolehan laba hingga November ditopang oleh perbaikan struktur biaya dana dengan peningkatan signifikan pada produk giro. BTN mencatat tabungan dan giro (current account saving account/CASA) meningkat 25,9% secara tahunan menjadi Rp 153,74 triliun. Dana murah ini didominasi oleh produk giro yang menembus Rp 115,49 triliun, meningkat 57,4% dibandingkan setahun sebelumnya yang tercatat Rp 73,38 triliun. Sementara deposito turun 5,36% secara tahunan menjadi Rp 168,1 triliun. Secara keseluruhan, Dana Pihak Ketiga (DPK) dari Bank spesialis pembiayaan perumahan ini meningkat 7,38% menjadi Rp 321,83 triliun. Perbaikan struktur DPK tersebut berhasil menurunkan beban bunga sebesar 19%, dari Rp 11,72 triliun pada November 2021 menjadi Rp 9,48 pada November 2022. Sementara itu, pendapatan bunga BTN terus meningkat sebesar 3,87% menjadi Rp 23,33 triliun pada akhir November 2022. Hal ini ditopang oleh peningkatan kredit dan pembiayaan syariah sebesar 8,09% menjadi Rp 295,58 triliun pada akhir November 2022. Secara keseluruhan pendapatan bunga bersih (NII) BTN melesat 28,84% menjadi Rp 13,84 triliun. Bukan cuma NII, Bank yang dikomandoi Direktur Utama Haru Koesmahargyo ini mencatatkan pendapatan Komisi/provisi/fee dan administrasi sebesar Rp 1,1 triliun, melesat 13,7% dibandingkan setahun sebelumnya. Hingga akhir November 2022, aset BTN nyaris menembus Rp 400 triliun, tepatnya Rp 397,51 triliun.
Baca Juga: Bank BTN Siapkan Dana Tunai Rp 19 Triliun Jelang Natal dan Tahun Baru 2023 “Fundamental yang solid, harga saham dan harga rights yang sudah terdiskon menjadi faktor positif rights issue BTN,” kata Suria Dharma, Kepala Riset Samuel Sekuritas, pekan lalu. BTN masih dalam proses rights issue dengan target dana Rp 4,13 triliun, termasuk penyertaan modal negara (PMN) senilai Rp 2,48 triliun. BBTN akan mempergunakan modal tersebut untuk mendukung pembiayaan perumahan termasuk KPR subsidi. Sementara itu Riset Bahana Sekuritas memprediksi penyaluran KPR BTN akan terus tumbuh positif pada tahun depan. Hal ini didorong oleh alokasi APBN dalam subsidi perumahan melalui berbagai program. "BBTN menjadi penerima manfaat utama dari pertumbuhan anggaran perumahan subsidi karena porsi KPR subsidi mencapai 48 persen dari total KPR BBTN," tulis Riset Bahana. Pada periode 2016 sampai 2021, subsidi pemerintah ke sektor perumahan terus meningkat dengan tingkat p ertumbuhan tahunan majemuk (compounded annual growth rate/CAGR) sebesar 41,2%. Untuk 2022, anggaran subsidi meningkat 13,1% menjadi Rp 25,53 triliun, dan untuk 2023 indikatif anggaran subsidi perumahan meningkat 16,8 persen menjadi Rp 29,53 triliun.
Baca Juga: Simak Rekam Jejak Aksi Korporasi Bank BTN, Mulai dari IPO Hingga Rights Issue Seperti diketahui, saat ini BTN sedang menggelar pelaksanaan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau exercise rights mulai 28 desember 2022 hingga 5 Januari 2023. Distribusi HMETD rencananya akan dilakukan pada Selasa (27/12) dengan kode BBTN-R. Para pemegang HMETD berhak untuk menukarkan hak tersebut menjadi saham baru BBTN dengan harga pelaksanaan Rp1.200. Dengan harga pelaksanaan rights issue Rp 1.200 maka itu setara dengan 0,58x price to book value (PBV). Hal ini mengindikasi bahwa saham dan harga rights issue BBTN masih lebih murah dibandingkan bank besar lainnya yang memiliki valuasi di atas 2x PBV. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi