Bank BTN mencari dana dari wholesale funding Rp 18 triliun



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) menargetkan kinerja cukup besar tahun ini. Salah satunya antara lain, penyaluran kredit yang dipatok tumbuh di kisaran 22% sampai 24% di tahun 2018.

Untuk menunjang target tersebut, perseroan pun telah merencanakan untuk melakukan pendanaan.Tak hanya mengandalkan dana nasabah, perbankan juga mencari dana di luar dana pihak ketiga (DPK) tersebut, atau lebih sering disebut wholesale funding.

Direktur Keuangan BTN Iman Nugroho Soeko mengatakan pihaknya mengincar penghimpunan dana sebanyak Rp 18 triliun lewat wholesale funding.


Adapun, pendanaan tersebut terdiri dari penerbitan sekuritisasi aset sebanyak Rp 2 triliun. "Kami targetkan, sekuritisasi Rp 2 triliun yang kini dalam proses dan diharapkan Februari sudah bisa dilaksanakan, sehingga dananya sudah bisa masuk pada Maret 2018," kata Iman saat ditemui di kantornya, Jakarta, Selasa (13/2).

Selain sekuritisasi, BTN juga berniat untuk melakukan pinjaman bilateral atau bilateral loan baik dari dalam dan luar negeri sebanyak Rp 7 triliun. Tak hanya kedua opsi tersebut, bank bersandi emiten BBTN ini juga berencana melakukan penerbitan subdebt berupa convertible loans sebesar Rp 2 triliun.

Jika masih diperlukan, bank yang fokus dalam pembiayaan perumahan ini juga memiliki opsi penerbitan negotiable certificate of deposit (NCD) sebanyak Rp 9 triliun di tahun ini. Hal ini dilakukan BTN, guna menjaga rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) berada di level 18% pada akhir tahun 2018.

Kendati telah merencanakan pencarian dana sebanyak Rp 18 triliun, secara rinci Iman mengatakan jumlah tersebut dapat berubah sewaktu-waktu tergantung kebutuhan perseroan.

"Pinjaman bilateral fleksibel bisa Rp 5 triliun sampai 7 triliun, begitu juga NCD bisa sekitar Rp 7 triliun sampai Rp 9 triliun," ujarnya.

Selain menghitung kebutuhan dana, pertimbangan BTN dalam mencari dana di luar DPK tersebut antara lain dengan menghitung efisiensi dari masing-masing instrumen. Menurutnya, dari semua opsi pendanaan, yang paling murah yakni pinjaman bilateral kepada sesama bank.

Pasalnya, jika pinjam dari sesama bank, BTN tidak perlu membayar fee Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dan menaruh 6,5% di Bank Indonesia sebagai giro wajib minimum (GWM). "Kami tetap melihat yang paling efisien," tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia