Bank Bukopin ganti strategi dalam menghimpun DPK, ini alasannya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. KB Kookmin Bank tak setengah-setengah menjadi pengendali anyar PT Bank Bukopin Tbk (BBKP). Setelah mengucurkan Rp 3,9 triliun via dua aksi penambahan modal buat mengempit 67% saham perseroan, sejumlah langkah strategis juga dilakukan guna mengatasi permasalahan di Bank Bukopin. 

Dari aspek pendanaan, tiga bulan terakhir KB Kookmin getol cawe-cawe dengan menghubungkan sejumlah perusahaan Korea di Indonesia buat menaruh dana di Bank Bukopin. 

“Selama tiga bulan terakhir kami telah menarik perusahaan Korea untuk menempatkan dananya di Bank Bukopin hingga Rp 1,6 triliun. sampai akhir tahun ada pipeline yang nilainya bisa mencapai Rp 2 triliun, ungkap Direktur Keuangan Bank Bukopin Ji Kyu Jang dalam paparan daring, Senin (30/11). 


Baca Juga: Bank Bukopin (BBKP) tengah menyiapkan transformasi total

Ia menambahkan sebelumnya untuk membantu likuiditas Bank Bukopin, KB Kookmin juga telah menaruh dana mencapai US$ 700 juta. 

Likuiditas kini memang jadi salah satu tantangan utama Bank Bukopin. Maklum saat polemik dengan pengendali sebelumnya yaitu PT Bosowa Coporation, sejumlah nasabah utama perseroan melakukan penarikan dana besar-besaran. 

Penarikan dana pihak ketiga (DPK) oleh nasabah Bank Bukopin selama dua kuartal awal tahun ini mencapai Rp 22,77 triliun. Nilai tersebut menguras DPK perseroan sampai negatif 28,18% dari Rp 80,81 triliun pada akhir tahun lalu menjadi Rp 58,03 triliun.

Baca Juga: Pertumbuhan DPK perbankan mulai melandai di bulan Oktober

Sementara Direktur Utama Bank Bukopin Rivan Purwantono dalam kesempatan serupa bilang, kejadian tersebut juga bikin perseroan kini bakal mengubah strategi penghimpunan DPK.

“Ke depan kami akan memaksimalkan pendanaan ritel untuk menghimpun CASA. salah satunya akan kami optimalkan dengan digital banking yang infrastrukturnya IT juga akan dibantu oleh KB Kookmin,” ujar Rivan.

Selanjutnya: Pemerintah dorong OJK bertindak tegas atasi masalah sektor finansial

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi