JAKARTA. Perbankan pelat merah tengah sibuk menghitung ongkos jumbo yang bakal dikucurkan sepanjang tahun 2015. Bank BUMN mulai menghitung ongkos ekspansi ke luar negeri setelah mendapat sinyal hijau dari otoritas tentang azas kesetaraan atawa resiprokal yang ditandai dengan kata sepakat dengan Bank Negara Malaysia (BNM). Otoritas Jasa Keuangan (OJK) optimistis, negara ASEAN lain bakal segera meneken kesepakatan tentang resiprokal. Head of Internasional Bank BNI, Abdullah Firman Wibowo menyatakan, tahun ini, negara-negara yang sudah masuk radar BNI yakni, Myanmar, Malaysia, Singapura dan Korea Selatan (Korsel). "Rencananya buka lima kantor cabang luar negeri (KCLN) sekaligus tahun ini. Modal tergantung negara tujuan," ujar Firman kepada KONTAN, Selasa (6/1). Sebagai gambaran, modal minimum yang disetor untuk pembukaan cabang di Malaysia sebesar MYR 300 juta. Kemudian, modal minimum di Korsel sekitar US$ 10 juta - US$ 20 juta. Sedangkan kebutuhan modal membuka cabang di Singapura mencapai US$ 50 juta.
Bank BUMN berburu dana modal ke luar negeri
JAKARTA. Perbankan pelat merah tengah sibuk menghitung ongkos jumbo yang bakal dikucurkan sepanjang tahun 2015. Bank BUMN mulai menghitung ongkos ekspansi ke luar negeri setelah mendapat sinyal hijau dari otoritas tentang azas kesetaraan atawa resiprokal yang ditandai dengan kata sepakat dengan Bank Negara Malaysia (BNM). Otoritas Jasa Keuangan (OJK) optimistis, negara ASEAN lain bakal segera meneken kesepakatan tentang resiprokal. Head of Internasional Bank BNI, Abdullah Firman Wibowo menyatakan, tahun ini, negara-negara yang sudah masuk radar BNI yakni, Myanmar, Malaysia, Singapura dan Korea Selatan (Korsel). "Rencananya buka lima kantor cabang luar negeri (KCLN) sekaligus tahun ini. Modal tergantung negara tujuan," ujar Firman kepada KONTAN, Selasa (6/1). Sebagai gambaran, modal minimum yang disetor untuk pembukaan cabang di Malaysia sebesar MYR 300 juta. Kemudian, modal minimum di Korsel sekitar US$ 10 juta - US$ 20 juta. Sedangkan kebutuhan modal membuka cabang di Singapura mencapai US$ 50 juta.