Bank BUMN buka peluang pinjaman dana asing



JAKARTA. Bank milik negara tahun ini tengah mengambil ancang-ancang memburu pinjaman luar negeri. Deputi Bidang Usaha Jasa Keuangan, Jasa Konstruksi dan Jasa Lain Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Gatot Tri Hargo menyebut, saat ini pemerintah tengah menggalakan proyek-proyek jangka panjang seperti infrastruktur. Sebelumnya, tahun lalu bank-bank milik negara telah mendapatkan pinjaman dari China Development Bank (CDB) sebanyak US$ 3 miliar kepada tiga bank BUMN.

Meski begitu, hal tersebut tergantung dari kebutuhan masing-masing bank BUMN.  Gatot mencontohkan, salah satu bank yang sedang menjajaki antara lain PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) guna menggantikan global bond BNI US$ 500 juta yang akan jatuh tempo April 2017 mendatang. "Intinya tergantung, cari dana yang termurah untuk ekspansi," tutur Gatot, Selasa (24/1).

Sementara itu, Direktur Coorporate Banking BNI, Harry Sidharta mengatakan, pihaknya memang membuka pinjaman asing, hanya saja, untuk saat ini bank berlogo 46 ini menilai Dana Pihak Ketiga (DPK) yang ada masih cukup untuk pendanaan kredit. 


Asal tahu saja, berdasarkan laporan keuangan perseroan per November 2016 bank berkode emiten BBNI ini telah menghimpun DPK sebesar Rp 389,56 triliun atau tumbuh 20,56% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 323,07 triliun. Sementara saat ini, BNI masih mengupayakan sindikasi untuk pembiayaan infrastruktur dibanding menjaring pinjaman.

Adapun, BNI mencatatkan realisasi kredit sindikasi selama 2016 sebesar Rp 85 triliun. Angka kredit sindikasi ini tercatat 35% dari total pembiayaan BNI. PT Bank Mandiri Tbk juga membidik dana sebesar US$ 1 miliar atau setara Rp 14 triliun tahun ini dan telah dimasukan ke dalam Rencana Bisnis Bank (RBB) 2017.

Direktur Utama Bank Mandiri, Kartika Wirjoatmodjo menyebut, dana tersebut akan dipakai mayoritas untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan jangka panjang. "Setiap tahun kami masukan di RBB sekitar US$ 1 miliar untuk kebutuhan tambahan," ujar Kartika, Kemarin (23/1).

Pasalnya, Kartika mengatakan sumber pendanaan Bank Mandiri saat ini masih mengandalkan dari DPK antara lain giro, tabungan, deposito yang bersifat jangka pendek. Bank berkode emiten BMRI ini juga telah menjajaki pinjaman dari China, Jepang dan Eropa.

Sementara itu, tahun ini Bank Mandiri juga masih memiliki jatah untuk menerbitkan obligasi melalui skema Penawaran Umum Berkelanjutan (PUB) sebesar Rp 5 triliun sebagai pendanaan. Sebagai informasi, per November tahun lalu Bank Mandiri telah berhasil menghimpun DPK sebesar Rp 644,47 triliun atau meningkat 11% dibanding November 2015 sebesar Rp 580,64 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini