Bank BUMN masih kaji opsi pendanaan LRT



JAKARTA. Beberapa bank BUMN (badan usaha milik negara) masih mengkaji opsi pembiayaan terkait proyek pembangunan kereta api ringan atau light rail transit (LRT) Jabodetabek. Seperti diketahui, Rp 18 triliun dari Rp 27 triliun total pendanaan proyek ini dipenuhi dari perbankan.

Menurut Kartika Wirjoatmodjo, Direktur Utama Bank Mandiri nantinya pendanaan proyek ini akan dilakukan bertahap selama tiga tahun. "Dari porsi perbankan (Rp 18 triliun) kami akan mengambil sebesar 25% sampai 30%," ujar Tiko, Jumat (14/4) lalu.

Dalam pembiayaan proyek ini, tidak menutup kemungkinan akan melibatkan bank swasta dan BUMN. Hal ini setelah nanti skema pembiayaan proyek ini sudan cukup jelas.


Sunarso, Wakil Direktur Utama BRI mengatakan bank juga masih mempertimbangkan sumber dana terkait pendanaan proyek ini. Seperti diketahui untuk proyek infrastruktur mayoritas mempunyai jangka waktu atau tenor yang relatif panjang lebih dari 5 tahun.

Oleh karena itu bank harus memastikan sumber dana yang dipakai bisa sesuai dengan profil risiko yang ada. "Opsinya adalah dari dana masyarakat, dana diluar DPK (wholesale funding), atau pinjaman bilateral," ujar Sunarso.

Nantinya menurut Sunarso tidak menutup kemungkinan bank juga bisa mengambil dana simpanan di BI (Bank Indonesia) sebagai sumber pendanaan. Apalagi nantinya BI akan mengimplementasikan kebijakan GWM Averaging.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto