JAKARTA. Himpunan Bank-bank Milik Negara (Himbara) meminta kepada pemerintah agar hanya mengutip besaran dividen sebesar 20% dari laba bersih yang akan berhasil dihimpun perseroan pada 2014 ini.Ketua Himbara Gatot M. Suwondo mengungkapkan, idealnya pembagian dividen ke pemerintah berkisar antara 20%-25% dari laba bersih bank pelat merah bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dari pembagian dividen sebelumnya yang mencapai 30%."Kami sudah mengajukan itu, namun pemerintah tetap minta 30%," ujar Gatot di Gedung BPK, Jakarta, Rabu (16/4).Gatot mengungkapkan, pada 2015, industri permodalan mengalami peningkatan kebutuhan permodalan. Terutama bank-bank pelat merah yang harus memiliki daya saing di era Asean Economic Community atau Masyarakat Ekonomi Asean (MEA).Menurut Gatot, apabila integrasi pasar bebas tidak dibarengi dengan penambahan modal, maka akan dapat melemahkan daya saing bank BUMN. Karena itu, bank-bank pelat merah berharap akan dapat memupuk permodalan dari akumulasi keuntungan.Sehingga, permodalan yang lebih kuat akan mampu meningkatkan daya saing perseroan. "Kalau dividen dikurangi, tentunya sebagiannya lagi akan masuk ke perseroan sebagai permodalan," katanya.Meski tuntutan pembagian dividen tetap tinggi, namun sejauh ini Gatot memaklumi permintaan pemerintah yang meminta dividen hingga mencapai 30% dari laba bersih bank pelat merah."Kami bisa memaklumi itu, karena memang pemerintah membutuhkan dana untuk menutupi kebutuhan APBN (anggaran pendapatan dan belanja negara). Tetapi, harus balance (seimbang)," ucap Gatot.Sebelumnya, Ekonom Bidang Pengkajian dan Pengembangan Perhimpunan Bank-bank Umum Nasional (Perbanas) Aviliani mengungkapkan bahwa dalam rangka menghadapi persaingan dan meminimalisasi risiko pengetatan likuiditas global yang akan menghantui industri perbankan pada 2015 menfatang, industri perbankan Indonesia memerlukan tambahan modal setidaknya sebesar Rp 113 triliun.Salah satu cara yang dapat ditempuh perbankan, terutama bank BUMN untuk memupuk modal adalah dengan mengurangi besaran setoran dividen kepada pemegang saham terbesar, yaitu Pemerintah. Menurut Aviliani, bank pelat merah setidaknya dapat menekan pembagian dividen sampai dengan 15%.Kebutuhan modal industri perbankan termasuk bank BUMN pada 2016 dan tahun-tahun berikutnya akan menjadi semakin tinggi. Karena itu, setoran dividen sebesar 30% akan terasa memberatkan dan menyulitkan bank untuk melakukan ekspansi usaha.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Bank BUMN minta pemerintah kutip dividen 20% saja
JAKARTA. Himpunan Bank-bank Milik Negara (Himbara) meminta kepada pemerintah agar hanya mengutip besaran dividen sebesar 20% dari laba bersih yang akan berhasil dihimpun perseroan pada 2014 ini.Ketua Himbara Gatot M. Suwondo mengungkapkan, idealnya pembagian dividen ke pemerintah berkisar antara 20%-25% dari laba bersih bank pelat merah bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dari pembagian dividen sebelumnya yang mencapai 30%."Kami sudah mengajukan itu, namun pemerintah tetap minta 30%," ujar Gatot di Gedung BPK, Jakarta, Rabu (16/4).Gatot mengungkapkan, pada 2015, industri permodalan mengalami peningkatan kebutuhan permodalan. Terutama bank-bank pelat merah yang harus memiliki daya saing di era Asean Economic Community atau Masyarakat Ekonomi Asean (MEA).Menurut Gatot, apabila integrasi pasar bebas tidak dibarengi dengan penambahan modal, maka akan dapat melemahkan daya saing bank BUMN. Karena itu, bank-bank pelat merah berharap akan dapat memupuk permodalan dari akumulasi keuntungan.Sehingga, permodalan yang lebih kuat akan mampu meningkatkan daya saing perseroan. "Kalau dividen dikurangi, tentunya sebagiannya lagi akan masuk ke perseroan sebagai permodalan," katanya.Meski tuntutan pembagian dividen tetap tinggi, namun sejauh ini Gatot memaklumi permintaan pemerintah yang meminta dividen hingga mencapai 30% dari laba bersih bank pelat merah."Kami bisa memaklumi itu, karena memang pemerintah membutuhkan dana untuk menutupi kebutuhan APBN (anggaran pendapatan dan belanja negara). Tetapi, harus balance (seimbang)," ucap Gatot.Sebelumnya, Ekonom Bidang Pengkajian dan Pengembangan Perhimpunan Bank-bank Umum Nasional (Perbanas) Aviliani mengungkapkan bahwa dalam rangka menghadapi persaingan dan meminimalisasi risiko pengetatan likuiditas global yang akan menghantui industri perbankan pada 2015 menfatang, industri perbankan Indonesia memerlukan tambahan modal setidaknya sebesar Rp 113 triliun.Salah satu cara yang dapat ditempuh perbankan, terutama bank BUMN untuk memupuk modal adalah dengan mengurangi besaran setoran dividen kepada pemegang saham terbesar, yaitu Pemerintah. Menurut Aviliani, bank pelat merah setidaknya dapat menekan pembagian dividen sampai dengan 15%.Kebutuhan modal industri perbankan termasuk bank BUMN pada 2016 dan tahun-tahun berikutnya akan menjadi semakin tinggi. Karena itu, setoran dividen sebesar 30% akan terasa memberatkan dan menyulitkan bank untuk melakukan ekspansi usaha.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News