KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kredit pendidikan atau yang lebih dikenal dengan istilah student loan tengah marak disasar oleh perbankan, terutama bank milik negara (BUMN). PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) misalnya, baru meluncurkan kredit tersebut dengan plafon kredit sebesar Rp 200 juta. Bunga yang dipatok pun cukup bersaing yakni sebesar 6,5% tetap selama 5 tahun. Direktur Utama BTN Maryono menjelaskan, untuk di BTN saat ini dapat digunakan untuk melanjutkan jenjang pendidikan S1 sampai S3.
Adapun, kredit pendidikan racikan BTN ini dapat dinikmati sementara oleh debitur existing BTN. Artinya, nasabah kredit pemilikan rumah (KPR) maupun kredit pemilikan apartemen (KPA) perseroan boleh mengajukan kredit tersebut. Serta lebih ditujukan kepada orangtua mahasiswa yang berencana melanjutkan pendidikannya. Meski begitu, Maryono menegaskan pihaknya juga membuka kemungkinan bagi nasabah non KPR/KPA BTN untuk mengajukan kredit pendidikan ini. Asal, calon debitur tersebut telah memiliki pekerjaan dan pendapatan baik tetap maupun tidak tetap. Bila dirinci, skema kredit pendidikan ini antara lain sang debitur wajib membayarkan bunga dan pokok kredit sejak akad kredit ditandatangani. Untuk tenornya, tergantung kesepakatan pihak bank dan debitur. Nah, setelah lulus dari perguruan tinggi tersebut, ijazah debitur nantinya akan dipegang oleh pihak bank sampai kredit tersebut lunas. "Ini yang kami berikan diutamakan para orangtuanya, jadi dilihat dulu pendapatan orangtuanya berapa, boleh tetap boleh tidak tetap," katanya di Jakarta, Selasa (10/4). Untuk memitigasi resiko BTN untuk saat ini hanya akan memberikan kredit pendidikan kepada perguruan tinggi yang sudah diajak kerjasama oleh perseroan. Tercatat dalam peluncuran, BTN sudah mendatangani perjanjian kerjasama (PKS) dengan 23 perguruan tinggi dari total 80 perguruan tinggi yang sudah diajak kerjasama. Bank bersandi BBTN ini, menarget nantinya akan bekerjasama dengan 120 perguruan tinggi di seluruh Indonesia. "Kami akan terus menggelar kemitraan serupa dengan perguruan tinggi lainnya, sehingga semakin banyak masyarakat Indonesia yang bisa mengenyam pendidikan," katanya. Secara terpisah, Direktur Konsumer BTN Budi Satria menambahkan, untuk tahap awal ini pihaknya tak mematok banyak target realisasi kredit pendidikan. Menurutnya, tahun ini hanya sekitar Rp 100 miliar target untuk produk ini. Langkah ini menurut Budi, sebagai strategi BTN untuk mendorong kredit konsumer non KPR perseroan dalam hal ini Kredit Tanpa Agunan (KTA). "Kami awal Rp 100 miliar dulu, kami ingin pelajari dulu seperti apa skema yang baiknya untuk ke depan. Ini juga cara untuk dorong kredit KTA," katanya kepada Kontan.co.id, Senin (10/4). Maryono pun menambahkan, BTN sebagai perbankan tetap akan memprioritaskan prinsip kehati-hatian termasuk dalam produk baru ini. Pun, bank bersandi emiten BBTN ini berharap
non performing loan (NPL) produk ini bisa terjaga rendah, serta mampu mendorong KTA BTN hingga ke level 15% tahun ini. Sebelum BTN, dua bank plat merah lain yakni PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) juga telah meluncurkan produk serupa. Direktur BRI Sis Apik Wijayanto menjelaskan perbankan berbondong mengincar segmen ini lantaran potensinya yang besar. BRI lewat produk Briguna pendidikan juga dimaksud menjaring potensi tersebut, serta sesuai dengan arah Presiden Joko Widodo untuk mendorong pendidikan. Berbeda sedikit dengan BTN, kredit Briguna ditujukan kepada mahasiswa S2 dan S3. Plafonnya pun beragam dari Rp 150 juta sampai Rp 200 juta tergantung keperluan. BRI juga sudah menjalin kerjasama dengan 11 perguruan tinggi negeri (PTN) dan terbaru dua universitas baru yakni Universitas Brawijaya Malang dan Universitas Negeri Malang untuk melancarkan produk ini. Untuk soal mitigasi, BRI memang hanya akan memberikan kredit kepada calon mahasiswa S2 dan S3 yang sudah memiliki penghasilan tetap, dan untuk tenor peminjaman 6 sampai 10 tahun, calon debitur tersebut harus mendapat rekomendasi terlebihi dahulu dari perguruan tinggi yang dituju. "Tujuan rekomendasi ini supaya kami tahu budget biayanya dan pernyataan dari Universitas bahwa ketika lulus ijazahnya diberikan kepada bank. Serta memastikan tempat belajar debitur tersebut," kata Sis Apik dalam pesan singkatnya kepada Kontan.co.id, Selasa (10/4).
Sedikit berbeda, bunga yang diberikan BRI untuk kredit pendidikan ini berkisar antara 5% sampai 6% per tahun tergantung plafon dan tenor atau 0,65% per bulan. BRI bahkan memperbolehkan mahasiwa hanya membayar bunganya saja dalam jangka waktu kuliah mereka selama 3 sampai 4 tahun. Syaratnya antara lain, administrasi berupa fotocopy identitas KTP, KK, slip gaji, SK pegawai, dan surat rekomendasi tempat bekerja maupun rekomendasi dari universitas. Sayang, untuk target, BRI belum merinci secara detil. Sis Apik menyebut, kini perseroan tengah mempersiapkan kerjasama dengan Universitas lain dan melakukan sosialisasi. "Kami akan kembangkan untuk kerjasama dengan perguruan tinggi di seluruh Indonesia," tambahnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Sanny Cicilia