KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah bank menyiapkan rencana ekspansi bisnis secara anorganik tahun ini sambil berupaya melakukan pertumbuhan secara organik di tengah tantangan pandemi Covid-19. Ekspansi anorganik dilakukan mulai dari injeksi modal ke perusahaan anak eksisting, akuisisi maupun pembentukan akan usaha baru. Salah satunya datang dari PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN). Bank spesialis penyaluran kredit sektor perumahan ini telah menyiapkan rencana ekspansi organik dengan membentuk anak usaha baru. Tahun ini, bank pelat merah ini akan fokus mempersiapkan pembentukan dua anak usaha yakni asuransi jiwa dan perusahaan teknologi finansial (tekfin) KPR. Selain dua itu, BTN juga berencana membentuk perusahaan modal ventura (venture capital). "Kami fokus ke tekfin dan asuransi jiwa dulu tahun ini. Untuk subsidiari yang lain nanti akan tahun 2020-2023" kata Direktur Enterprise Risk Management, Big Data & Analytics Bank BTN Setiyo Wibowo kepada Kontan.co.id, Rabu (30/6).
Pertimbangan BTN membentuk anak usaha itu adalah untuk mempertajam dan memberikan layanan lebih kepada nasabah khususnya debitur KPR. Sebabnya, selama ini Bank BTN memang sudah sangat agresif menyalurkan kredit perumahan di-bundling dengan asuransi jiwa.
Baca Juga: Ekspansi Manufaktur Tertekan Lonjakan Covid-19 Untuk melakukan efisiensi sekaligus ekspansi, BTN berharap ke depan produk asuransi jiwa itu bisa berasal dari Grup BTN. Sedangkan untuk pendirian tekfin, BTN akan melakukan kerjasama joint venture dengan perusahaan yang sudah ada. Setiyo tidak menjabarkan secara rinci bagaimana perkembangan persiapan pembentukan anak usaha asuransi jiwa dan tekfin KPR tersebut. Namun, pada publik ekspose kinerja BTN kuartal I, dia memaparkan bahwa perseroan sedang dalam proses due diligence dengan calon partner strategis untuk pembentukan perusahaan patungan. Sementara PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) akan memprioriaskan ekspansi anorganik tahun ini pada pengembangan ekosistem ultra mikro. "Hal ini karena melihat potensi bisnis di segmen mikro di Indonesia yang masih sangat besar. Itu juga akan me-leverage competitive advantage BRI pada jaringan kerja dan expertise di bidang pembiayan mikro," kata Aestika Oryza Gunarto, Sekretaris Perusahaan BRI. Saat ini, BRI tengah dalam persiapan melakukan rights issue dalam rangka pembentukan holding ultra mikro yang melibatkan perseroan dengan Pegadaian dan Permodalan Nasional Mandani (PNM). BRI akan menerbitkan sebanyak-banyaknya 28,67 miliar saham seri B dengan nilai nominal Rp 50 per saham atau setara 23,25% dari modal ditempatkan dan disetor penuh. Pemerintah selaku pemegang saham pengendali BRI dengan kepemilikan sebesar 56,75% akan mengambil haknya dengan inbreng sahamnya di Pegadaian dan PNM. Per Maret 2021, aset BRI mencapai Rp 1.411 triliun. Sementara jika memperhitungkan penggabungan Pegadaian dan PNM maka aset BRI akan mencapai Rp 1.515 triliun pasca terbentuknya holding.
Baca Juga: Rasio kecukupan modal perbankan makin menebal di tengah pandemi Walaupun prioritasnya saat ini adalah untuk pembentukan holding ultra mikro, namun BRI juga akan melakukan penguatan modal pada anak usaha yang ada sekarang agar dapat bersaing di industrinya masing-masing. Hanya saja, Aestika tidak menyebutkan nilai capex yang disiapkan untuk itu.
Saat ini kontribusi laba perusahaan anak terhadap BRI mencapai sekitar 5%. Namun ke depannya, lanjut Aestika, seiring dengan pertumbuhan bisnis perusahaan anak dan peningkatan sinergi di BRI Group maka kontribusinya diharapkan akan semakin meningkat bahkan mencapai double digit. PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) tetap memiliki alternatif pertumbuhan anorganik tahun ini. Namun, Novita Widya Anggraini Direktur Keuangan BNI mengatakan, pelaksanaannya tetap masih dikaji dengan mempertimbangkan kemampuan bank. Salah satu ekspansi anorganik yang disiapkan adalah pada anak usahanya. "Saat ini kami tengah dalam proses membuka cabang BNI Sekuritas di Singapura," ungkap Novita baru-baru ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi