KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Central Asia Tbk (
BBCA) berhasil membukukan kinerja yang solid pada kuartal II-2022 . Emiten bank milik Hartono bersaudara ini mencatatkan pendapatan sebesar Rp 15,32 triliun pada kuartal II-2022 atau naik 6,5% secara kuartalan. Sementara secara kumulatif, pendapatannya mencapai Rp 29,77 triliun atau naik 5,9% secara
year on year. Dari sisi
bottom line, BBCA pada kuartal II-2022 berhasil mengantongi laba bersih sebesar Rp 9,95 triliun atau naik 22,7% secara kuartalan.
Analis MNC Sekuritas Tirta Citradi mengatakan, kinerja BBCA sepanjang kuartal II-2022 telah sejalan dengan proyeksi MNC Sekuritas. Ia bilang, pertumbuhan
bottom line BBCA tersebut didorong oleh membaiknya
net interest income seiring dengan pertumbuhan kredit yang mencapai 6% secara kuartalan. Selain itu, BBCA juga mencatatkan biaya pencadangan yang lebih rendah, yakni turun 67,7% secara kuartalan.
Baca Juga: BCA Pimpin Pangsa Pasar Penyaluran Kredit Konsumer Hingga Juni 2022 Penurunan biaya pencadangan juga diiringi dengan kualitas aset yang lebih baik seiring
non performing loan (NPL) yang mulai mengalami normalisasi serta
loan to asset ratio (LAR) yang masih memperlihatkan tren penurunan. “Alhasil, secara kumulatif, perolehan laba bersih BBCA sepanjang semester I-2022 yang mencapai Rp 18,05 triliun telah memenuhi masing-masing 50,3% dan 49,9% dari proyeksi kami dan konsensus,” kata Tirta kepada Kontan.co.id, Selasa (16/8). Terkait kualitas aset, Tirta menyebut NPL BBCA pada akhir Juni yang berada di level 2,2% merupakan tanda bahwa adanya perbaikan pada kualitas aset. Lebih lanjut, perbaikan kualitas aset juga tercermin dari LAR BBCA yang turun menjadi 12,3% pada akhir Juni 2022 dari level 19,1% pada 2021. Meskipun BBCA terus meningkatkan kualitas aset, di satu sisi ia menyebut BBCA masih berhasil menjaga
coverage yang melimpah sebagai bentuk strategi manajemen risiko yang hati-hati. Dengan keadaan tersebut, Tirta optimistis CoC BBCA dapat mencapai 0,8% - 1,0% pada tahun ini, yang pada akhirnya akan mendukung kinerja
bottom line perseroan.
Baca Juga: Laba Bank Tokcer, Simak Rekomendasi Saham BBRI, BBCA dan BMRI Analis UOB Kay Hian Posmarito Pakpahan dalam risetnya pada 11 Agustus menulikan, BBCA berpotensi membukukan kinerja yang lebih baik pada paruh kedua tahun ini. Menurutnya, pada sisa akhir tahun ini BBCA bisa mengantongi laba bersih Rp 19,6 triliun, sehingga membawa keseluruhan laba pada tahun 2022 sebesar Rp 37,6 triliun.
Ia mengekspektasikan penyaluran kredit akan terus tumbuh dan pada akhir tahun nanti akan mencapai 10% lebih tinggi dari realisasi tahun lalu. Sementara
Net Interest Margin (NIM) juga akan naik menjadi 5,2% pada akhir tahun nanti. Hal ini akan didorong oleh penyesuaian suku bunga pinjaman yang eksisting (75% pinjaman eksisting memiliki suku bunga
floating) maupun yang baru seiring dengan naiknya suku bunga acuan. Lebih lanjut, dia meyakini, pemulihan ekonomi Indonesia masih akan menjadi tulang punggung bagi BBCA untuk terus meningkatkan tingkat utilisasi sekaligus mengambil porsi
market share segmen korporasi.
Baca Juga: BCA Cairkan KPR Hingga Rp 17,4 Triliun Hanya dalam 6 Bulan “Dengan BBCA memiliki
loan to deposit ratio (LDR) yang rendah, yakni 67% di semester I-2022, perseroan dapat menawarkan suku bunga kredit yang kompetitif. Apalagi, suku bunga kredit utama BBCA untuk pinjaman korporasi 5bp lebih rendah dibanding tiga bank besar lainnya,” ujar Posmarito. Tirta menambahkan, pada sisa tahun ini, BBCA dinilai sudah siap menghadapi kenaikan suku bunga. Ia melihat Bank Indonesia (BI) akan segera menaikkan suku bunga acuan merespons naiknya angka inflasi domestik serta selisih antara suku bunga BI dengan The Fed yang semakin menyempit. Menurutnya, BBCA punya modal yang solid menghadapi keadaan tersebut seiring terus membaiknya level LDR BBCA di 66,8% pada semester I-2022 dari sebelumnya di 63,9% pada kuartal I-2022 dan 66,3% pada semester I-2021. “Kami melihat angka tersebut mencerminkan BBCA masih memiliki likuiditas yang solid untuk mendukung pertumbuhan kredit sebesar 10% di tahun ini,” imbuhnya.
Baca Juga: Asing Gelontorkan Rp 3,48 Triliun untuk Borong Saham-saham Ini Selama Sepekan Selain itu, pada sisa tahun ini, Posmarito juga menilai perbaikan ekonomi juga akan mendorong kualitas kredit BBCA semakin baik. Adapun, CoC BBCA pada paruh pertama di tahun ini berada di level 1,2%, turun dari posisi akhir 2021 yang berada di 1,6%. Pada sisa tahun ini, menurutnya, angka tersebut bisa semakin turun menjadi 1%.
Dengan kredit dan NIM yang lebih tinggi serta CoC yang lebih rendah, Posmarito pun menaikkan proyeksi laba bersih BBCA pada tahun ini 6% dari proyeksi semula menjadi Rp 37,62 triliun. Sementara untuk pendapatan, BBCA diperkirakan akan mengantongi Rp 86,20 triliun. Saat itu, ia memberikan
rating hold untuk saham BBCA dengan target harga Rp 8.300 per saham. Namun, Tirta melihat
upside saham BBCA terhadap target harga yang dipasang MNC sekuritas sudah cenderung terbatas. Oleh karena itu, ia merekomendasikan untuk hold saham BBCA dengan target harga Rp 7.900 per saham. Analis BRI Danareksa Sekuritas Eka Savitri juga memberi rating hold untuk saham BBCA dengan target harga Rp 7.800 per saham. Adapun, saham BBCA pada perdagangan Selasa (16/8) ditutup 25 poin atau 0,31% ke Rp 7.975 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli