KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja PT Bank Central Asia Tbk (
BBCA) di 2024 diperkirakan masih tetap kuat. Meskipun begitu, analis memperkirakan perlambatan laju pertumbuhan masih akan terjadi. Sebagai informasi, BBCA mencetak pertumbuhan laba bersih 19,4% menjadi Rp 48,6 triliun. Namun, laju pertumbuhannya melambat dari 2022 yang tumbuh 29,6%. Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan, melambatnya laju pertumbuhan BBCA akibat beban operasional perseroan yang naik hingga Rp 5 triliun atau 5,45% dari tahun 2022. Sehingga potensi perlambatan laju pertumbuhan perseroan di 2024 tetap ada.
Baca Juga: Laba Bank Central Asia (BBCA) Melesat 19,4% Jadi Rp 48,6 Triliun pada 2023 "Namun, sejauh ini pendapatan bersih masih naik konsisten dari tahun ke tahun, terlebih pada tahun 2024 BBCA akan fokus kepada penyaluran kredit berbagai sektor di tengah potensi turunnya tingkat suku bunga," ujarnya kepada Kontan.co.id, Senin (29/1). Oleh sebab itu, Nico melihat tahun ini BBCA tetap akan melanjutkan kinerja apiknya. Apalagi masih terjaganya pemulihan ekonomi nasional, daya beli dan konsumsi, serta adanya potensi penurunan tingkat suku bunga The Fed.
Menurutnya, turunnya suku bunga The Fed akan mendorong peningkatan kredit ini. Selain itu meningkatnya aktivitas transaksi akibat meningkatnya daya beli dan konsumsi akibat Pemilu dinilai juga akan mendorong kinerja BBCA pada tahun ini.
"Pada tahun 2023 saja, total volume transaksi meningkat sebanyak 25,1%, naik dua kali lipat dalam kurun waktu 5 tahun terakhir," terangnya.
Baca Juga: Intip Pergerakan Harga Saham BNGA, GOTO, dan BBCA di Penutupan Bursa Senin (29/1) Nico memperkirakan laba bersih BBCA akan bertumbuh dikisaran 10% menjadi Rp 53 triliun hingga Rp 55 triliun. Ia pun merekomendasikan buy BBCA dengan target harga Rp 10.700.
Analyst Senior Sucor Sekuritas Edward Lowis juga berpandangan kinerja laba bersih BBCA tumbuh 12% di 2024 menjadi Rp 54,39 triliun. "Kami mengantisipasi peningkatan pendapatan bunga dengan peningkatan imbal hasil aset," katanya.
Editor: Noverius Laoli