KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tingginya biaya dana alias cost of fund membuat bank cilik pada kelompok bank umum kegiatan usaha (BUKU) 1, dan BUKU 2 lebih sulit mentransmisikan penurunan bunga acuan terhadap bunga kredit. Sampai September 2020 beberapa bank bahkan tercatat masih memiliki suku bunga dasar kredit (SBDK) serupa dibandingkan akhir tahun lalu. Padahal sepanjang tahun ini, Bank Indonesia (BI) telah memangkas bunga acuan sampai 125 bps. Terakhir bank sentral memangkas 25 bps bunga acuan Kamis (19/11) kemarin. Direktur PT Bank Oke Indonesia Tbk (DNAR) Efdinal Alamsyah mengatakan, BUKU 1, dan BUKU 2 memang cenderung lebih sulit menurunkan bunga kredit karena dana pihak ketiga (DPK) yang masih didominasi dana mahal alias deposito. “Biaya dana kami kini masih di atas 6%, karena dominasi deposito dalam DPK. Hal ini juga mungkin juga dialami oleh BUKU 1, dan BUKU 2 lainnya,” ungkap Efdinal kepada Kontan.co.id, Minggu (22/11).
Bank cilik sulit menekan bunga kredit
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tingginya biaya dana alias cost of fund membuat bank cilik pada kelompok bank umum kegiatan usaha (BUKU) 1, dan BUKU 2 lebih sulit mentransmisikan penurunan bunga acuan terhadap bunga kredit. Sampai September 2020 beberapa bank bahkan tercatat masih memiliki suku bunga dasar kredit (SBDK) serupa dibandingkan akhir tahun lalu. Padahal sepanjang tahun ini, Bank Indonesia (BI) telah memangkas bunga acuan sampai 125 bps. Terakhir bank sentral memangkas 25 bps bunga acuan Kamis (19/11) kemarin. Direktur PT Bank Oke Indonesia Tbk (DNAR) Efdinal Alamsyah mengatakan, BUKU 1, dan BUKU 2 memang cenderung lebih sulit menurunkan bunga kredit karena dana pihak ketiga (DPK) yang masih didominasi dana mahal alias deposito. “Biaya dana kami kini masih di atas 6%, karena dominasi deposito dalam DPK. Hal ini juga mungkin juga dialami oleh BUKU 1, dan BUKU 2 lainnya,” ungkap Efdinal kepada Kontan.co.id, Minggu (22/11).