Bank Commonwealth: Ekonomi pulih, nasabah tajir beralih ke instrumen high risk



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Commonwealth melihat data simpanan nasabah prioritas di posisi Agustus 2021 di Bank Commonwealth masih meningkat sejalan dengan pertumbuhan data Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Chief of Retail & SME Business Bank Commonwealth Ivan Jaya bilang sebagian besar ditempatkan di produk deposito dan tabungan premium bank yakni, Bonus Saver,

"Karena untuk produk simpanan yang memberikan tingkat suku bunga paling tinggi adalah dua produk tersebut. Sedangkan, untuk pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) yang dikombinasikan dengan asset under management (AUM) naik sebesar 7% hingga 10% per Juli 2021 (ytd)," ujar Ivan kepada Kontan.co.id pada pekan lalu.

Ivan bilang, pertumbuhan DPK ini terjadi karena untuk nasabah prioritas yang umumnya familiar terhadap product wealth management masih memantau kondisi market pada saat ini. Ketika kondisi market untuk investasi sudah semakin kondusif maka cepat atau lambat sebagian dana akan kembali beralih ke produk investasi yang memberikan tingkat return dan risk yang lebih tinggi. 


Baca Juga: Bank Commonwealth yakin kupon ORI020 sebesar 4,95% masih akan menarik minat pembeli

"Dari Juni ke Agustus 2021, AUM reksadana saham menunjukkan peningkatan sebesar 19% hingga 20%. Ketika pertumbuhan ekonomi semakin membaik, sejalan dengan recovery ekonomi Indonesia maka sebagian nasabah prioritas akan kembali mengalihkan asetnya ke produk-produk yang memberikan tingkat return dan risk yang lebih tinggi," kata dia. 

Akan tetapi secara umum total simpanan nasabah akan terus tumbuh, terutama dengan adanya potensi kenaikan tingkat suku bunga di tahun depan ketika ekonomi semakin membaik. Dia menekankan perlu memperhatikan besarnya pertumbuhan simpanan yang tidak akan sebesar tahun lalu di mana ketika terjadi peningkatan ketidakpastian karena Covid-19, nasabah cenderung mengalihkan aset ke kelas aset safe haven seperti deposito.

Baca Juga: Strategi meracik investasi di pengujung tahun

Ivan mengatakan, untuk nasabah prioritas, Commonwealth optimistis performa kelas aset saham atau reksa dana saham akan naik di kuartal keempat, karena secara historis performa pasar saham di kuartal terakhir ini mencatatkan kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan kuartal lainnya. "Berdasarkan historical data, dalam 10 tahun terakhir, rata-rata kinerja IHSG pada kuartal keempat sebesar 5,34%," papar dia. 

Terlebih, ditambah meningkatnya kesadaran berinvestasi di masyarakat. Salah satu potensi sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat berasal dari sektor new economy yang berbasis pada teknologi. Saat ini, emiten new economy masih relatif sedikit dengan kapitalisasi pasar yang juga belum terlalu besar. Namun dengan adanya emiten new economy yang melantai, diperkirakan akan mengubah struktur bursa saham Indonesia. 

"Diharapkan emiten new economy ini memiliki valuasi dan kapitalisasi pasar yang besar sehingga ke depan seperti halnya indeks di negara maju, IHSG akan didominasi oleh sektor teknologi yang cenderung memiliki pertumbuhan yang tinggi," pungkasnya.

Baca Juga: Nasabah Kaya Menumpuk Dana di Brankas Bank

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati