Bank Commonwealth Kejar Target Pertumbuhan Aset Reksadana Lebih dari 10%



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Commonwealth makin serius mengelola reksadana. Bank asal Australia ini menargetkan pertumbuhan Asset Under Management (AUM) untuk aset reksadana lebih dari 10% tahun ini.

Untuk mencapai target tersebut, Chief of Retail & SME Business Commonwealth Bank Ivan Jaya mengatakan, aset reksadana saham akan menjadi lokomotif kenaikan aset tersebut.

"Berbagai indikator perekonomian yang membaik seiring dengan mobilitas yang meningkat serta aliran dana asing yang masuk ke pasar saham pada kuartal I 2022 mencapai Rp 32 triliun membawa IHSG mencapai level tertinggi sepanjang masa," kata Ivan, pekan lalu.

Tak hanya fokus ke aset saham, perusahaan juga terus memaksimalkan saluran digital seperti aplikasi CommBank SmartWealth. Dengan strategi tersebut perusahaan optimistis target tahun ini tercapai.

"Kami optimis aplikasi CommBank SmartWealth akan mendukung pertumbuhan basis investor dan bisnis wealth management Bank Commonwealth di tahun 2022," terangnya.

Baca Juga: Commonwealth Bank Catat Pertumbuhan Dana Kelolaan Wealth Management

Commonwealth Bank memperkirakan bisnis wealth management akan terus tumbuh. Seiring dengan mobilitas masyarakat yang makin meningkat meskipun masih dibayangi oleh sentimen global dari kenaikan suku bunga The Fed dan krisis Rusia-Ukraina.

Sejak 1 April 2022, tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atas biaya transaksi reksadana akan mengalami perubahan dari 10% menjadi 11%. Biaya transaksi reksadana yang dikenakan kepada nasabah akan berlaku tarif PPN 11%.

Ivan mengungkapkan, kenaikan itu tidak akan mengubah target perusahaan tahun ini. Sebab kenaikan pajak hanya mengalami kenaikan 1% dan tidak memberi dampak signifikan terhadap transaksi bisnis wealth management.

Baca Juga: AUM Reksadana Turun Akibat Penurunan Unit Penyertaan Reksadana Saham & Terproteksi

"Mayoritas nasabah wealth management merupakan segmen nasabah high-end affluent & emerging affluent. Dan frekuensi transaksi yang dilakukan nasabah hanya satu hingga dua kali per bulan, sehingga kami melihat dampaknya tidak terlalu signifikan," tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari