KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Commonwealth serius menggarap segmen bisnis pengelolaan dana nasabah tajir alias wealth management. Lewat pengembangan layanan digital CommBank SmartWealth, kontribusi bisnis wealth management terhadap pendapatan bisa meningkat hingga 40% sampai 45% tahun ini. Sepanjang tahun lalu, kontribusi segmen itu baru sekitar 35% terhadap pendapatan bank swasta ini. EVP Head of Wealth Management & Client Growth Bank Commonwealth Ivan Jaya mengatakan, wealth management jadi salah satu segmen penting perbankan untuk menggenjot pendapatan berbasis komisi alias fee based income. Oleh sebab itu Bank Commonwealth terus mengembangkan penggunaan teknologi digital untuk menggarap segmen ini. Aplikasi SmartWealth yang baru saja meluncur awal tahun ini diharapkan bisa meningkatkan pengumpulan dana kelolaan yang terdiri dari asset under management alias AUM dan Dana Pihak Ketiga (DPK) hingga 15%-20% secara year on year (yoy) di 2019 dari tahun lalu yang mencapai Rp 30 triliun. "AUM didominasi oleh produk reksadana saham sebesar 70%," ujar Ivan di sela-sela acara Banking Editors Masterclass, Selasa (9/4).
Bank Commonwealth targetkan kontribusi wealth management naik jadi 45% di 2019
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Commonwealth serius menggarap segmen bisnis pengelolaan dana nasabah tajir alias wealth management. Lewat pengembangan layanan digital CommBank SmartWealth, kontribusi bisnis wealth management terhadap pendapatan bisa meningkat hingga 40% sampai 45% tahun ini. Sepanjang tahun lalu, kontribusi segmen itu baru sekitar 35% terhadap pendapatan bank swasta ini. EVP Head of Wealth Management & Client Growth Bank Commonwealth Ivan Jaya mengatakan, wealth management jadi salah satu segmen penting perbankan untuk menggenjot pendapatan berbasis komisi alias fee based income. Oleh sebab itu Bank Commonwealth terus mengembangkan penggunaan teknologi digital untuk menggarap segmen ini. Aplikasi SmartWealth yang baru saja meluncur awal tahun ini diharapkan bisa meningkatkan pengumpulan dana kelolaan yang terdiri dari asset under management alias AUM dan Dana Pihak Ketiga (DPK) hingga 15%-20% secara year on year (yoy) di 2019 dari tahun lalu yang mencapai Rp 30 triliun. "AUM didominasi oleh produk reksadana saham sebesar 70%," ujar Ivan di sela-sela acara Banking Editors Masterclass, Selasa (9/4).