KONTAN.CO.ID - Bank DBS Indonesia melanjutkan komitmen untuk membangun ketahanan pangan yang berkelanjutan dengan meluncurkan kampanye “Food Rescue Warrior”. Program ini tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, tetapi juga membangun kolaborasi dengan para pelaku industri hotel, restoran, dan kafe (horeca) dalam mengatasi permasalahan surplus makanan yang menyebabkan sampah makanan. Peluncuran program ini dihadiri oleh Head of Group Strategic Marketing & Communications PT Bank DBS Indonesia Mona Monika, Founder & CEO Jangjo Indonesia Joe Hansen, Co-founder FoodCycle Indonesia Herman Andryanto, dan perwakilan dari SCBD Park. Data oleh United Nations Environment Programme (UNEP) tahun 2020 mencatat Indonesia pada peringkat keempat untuk tingkat sampah makanan tertinggi di dunia dengan 20,94 juta metrik ton. Tidak hanya itu, data dari Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada tahun 2023 menunjukkan bahwa sampah sisa makanan menjadi komposisi sampah terbesar yaitu 41,6 persen. Tentunya permasalahan ini perlu disikapi secara serius.
Guna memahami perspektif masyarakat terhadap isu ini, Bank DBS Indonesia melakukan survei kepada 3.055 responden yang tersebar di seluruh Indonesia. Berikut adalah beberapa insights yang dapat disimpulkan: Sekitar 84 persen responden menyatakan khawatir terhadap isu sampah makanan di Indonesia. Menariknya, jika dibandingkan berdasarkan generasi, Gen Z memiliki tingkat kepedulian yang lebih tinggi (86 persen) dibanding milenial (82 persen). Hal ini memperlihatkan bahwa generasi muda semakin peduli terhadap keberlanjutan dan memiliki sensitivitas yang tinggi terhadap isu sosial dan lingkungan. Temuan menarik lainnya dari survei ini adalah kesediaan responden untuk mendukung program pengolahan sampah makanan. Sekitar 80 persen responden menyatakan akan merekomendasikan program seperti ini ke kerabatnya. Lebih dari itu, 63 persen responden akan menggunakan produk atau jasa dari sebuah brand ketika mereka memiliki program keberlanjutan. Sekitar dari 22 persen responden mengaku akan tetap membeli produk dari brand tersebut walaupun ada kenaikan harga. Head of Group Strategic Marketing & Communications PT Bank DBS Indonesia Mona Monika mengatakan, “Sampah makanan adalah bom waktu bagi krisis iklim, dan di saat yang sama, banyak orang terancam kelaparan akibat perubahan iklim. Ini adalah dua sisi krisis yang harus kita atasi bersama untuk generasi masa depan. Sampah makanan dan ketahanan pangan tidak bisa diselesaikan sendiri-sendiri, tapi harus secara bergotong royong. Melalui program Food Rescue Warrior yang diinisiasi oleh Bank DBS Indonesia dan DBS Foundation, kami mengajak para mitra dan masyarakat luas bahu-membahu memerangi masalah sampah makanan dan mendukung ketahanan pangan di Indonesia.” Food Rescue Warrior bantu tangani surplus makanan dan ciptakan ketahanan pangan yang berkelanjutan Pusat perniagaan termasuk industri food and beverage (F&B) seperti hotel, restoran, dan kafe berkontribusi sekitar 17,8 persen pada sampah di Indonesia, setelah sampah rumah tangga sebesar 38,8 persen dan pasar tradisional 20,6 persen berdasarkan data oleh SIPSN KLHK tahun 2023. Hal ini menunjukkan perlunya penanganan sampah makanan dan ketahanan pangan yang berkelanjutan bagi para pelaku F&B. Menanggapi hal tersebut, Bank DBS Indonesia meluncurkan kampanye #MakanTanpaSisa pada tahun 2020 untuk mendukung visi Towards Zero Food Waste. Kampanye ini telah menghasilkan dampak makanan (makanan yang berhasil diselamatkan dari Tempat Pembuangan Akhir/TPA) sebanyak 554,822 kilogram pada tahun 2023. Untuk meningkatkan jangkauan dan dampak kampanye ini pada masyarakat, pada tahun 2024, Bank DBS Indonesia dan DBS Foundation berkolaborasi untuk meluncurkan program Food Rescue Warrior. Program Food Rescue Warrior bekerja sama dengan FoodCycle Indonesia, sebuah lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang berfokus pada penyelamatan makanan dan manajemen sampah makanan, serta Jangjo, sebuah startup yang juga menitikberatkan upayanya pada manajemen sampah makanan. Untuk memudahkan pelanggan mendukung bisnis yang mengelola limbah makanannya secara bertanggung jawab, mitra-mitra yang berpartisipasi akan tercantum di direktori online restoran dan hotel di https://go.dbs.com/id-tzfw. Jangjo menangani sampah makanan dari restoran, kafe, dan mal di Jakarta seperti Ashta, Pantai Indah Kapuk Avenue, Mall of Indonesia, fX Sudirman, Plaza Indonesia, dan SCBD Park. Kemudian, sampah tersebut diolah menggunakan teknologi biokonversi larva Black Soldier Fly (BSF). Proses ini menghasilkan larva kering yang dapat digunakan di peternakan dan kompos yang dapat digunakan di perkebunan. Sepanjang tahun 2023, program pengolahan sampah makanan No Food Left Behind oleh Bank DBS Indonesia dan Jangjo telah melibatkan 83 tenant restoran. Pada tahun 2024, lebih dari 24 mitra bergabung dengan program baru Food Rescue Warrior, yang sebagian besar melanjutkan program tahun sebelumnya, seperti fX Sudirman. Beberapa tenant baru pun turut bergabung seperti Kopitagram dan SCBD Park, sebuah kawasan yang sangat mendukung inisiatif keberlanjutan. Founder & CEO Jangjo Indonesia Joe Hansen mengatakan, “Menghadapi isu sampah makanan memerlukan upaya kolektif dan ekosistem kemitraan yang baik. Oleh karena itu, sejalan dengan semangat memerangi sampah makanan, kami sangat antusias untuk bergabung dalam gerakan Food Rescue Warrior bersama Bank DBS Indonesia dan mitra-mitra lainnya. Besar harapan kami agar kegiatan ini dapat menginspirasi semakin banyak pihak untuk berkontribusi demi lingkungan yang lebih berkelanjutan.” Di sisi lain, FoodCycle Indonesia berfokus untuk mengelola donasi makanan berlebih dari hotel, restoran, dan kafe untuk disalurkan kepada mereka yang membutuhkan. Program ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi 130.000 penerima manfaat, menyajikan 3.128.571 hidangan untuk masyarakat yang membutuhkan, serta mengurangi sebanyak 1.916.250 kg sampah makanan. Saat ini, sudah terdapat 75 instansi yang tergabung dalam gerakan ini, termasuk jaringan hotel, restoran, dan kafe ternama seperti Kopi Kenangan, Hotel Menara Peninsula, Hotel Aston Pluit, Hotel Harris fX Sudirman dan masih banyak lagi. Co-founder FoodCycle Indonesia Herman Andryanto menyampaikan apresiasinya atas program ini, “Kami sangat menghargai upaya Bank DBS Indonesia atas perhatian penuh terhadap food rescue dan food waste. Program Food Rescue Warrior memungkinkan kami, FoodCycle Indonesia, untuk mengoptimalkan upaya dalam mendistribusikan makanan berlebih (surplus) kepada mereka yang membutuhkan. Kami juga mendukung agenda penting bagi perusahaan untuk semakin memperhatikan operasional bisnis yang lebih hijau dan menginspirasi masyarakat akan gaya hidup berkelanjutan.” Bank DBS Indonesia berkomitmen untuk menciptakan dampak positif, sejalan dengan salah satu pilar keberlanjutannya, yakni Impact Beyond Banking. Fokus pilar ini adalah bagaimana bank dapat memberikan dampak positif terhadap lingkungan dan komunitas sekitar. Seluruh upaya ini dilakukan dalam visi Bank DBS Indonesia untuk menjadi “Best Bank for a Better World”. Tentang DBS DBS adalah grup jasa keuangan terkemuka di Asia, dengan kehadiran di 19 negara. Berkantor pusat dan terdaftar di Singapura. DBS berada dalam tiga sumbu pertumbuhan utama Asia: Tiongkok, Asia Tenggara, dan Asia Selatan. Peringkat kredit "AA-" dan "Aa1" DBS termasuk yang tertinggi di dunia. Dikenal dengan kepemimpinan globalnya, DBS dinobatkan sebagai “World’s Best Bank” oleh Global Finance, “World’s Best Bank” oleh Euromoney dan “Global Bank of the Year” oleh The Banker. DBS berada di garis terdepan dalam memanfaatkan teknologi digital untuk membentuk masa depan perbankan, yang terpilih sebagai “World’s Best Digital Bank” oleh Euromoney dan “Most Innovative in Digital Banking” di dunia oleh The Banker. Selain itu, DBS mendapatkan penghargaan “Safest Bank in Asia“ dari Global Finance selama 15 tahun berturut-turut sejak 2009 hingga 2023. DBS menyediakan berbagai layanan lengkap untuk nasabah, UKM, dan juga perbankan korporasi. Sebagai bank yang lahir dan dibesarkan di Asia, DBS memahami seluk-beluk berbisnis di pasar paling dinamis di kawasan itu. DBS bertekad membangun hubungan langgeng dengan nasabah serta menjadi bank dengan cara bank Asia. Melalui DBS Foundation, bank menciptakan dampak positif yang lebih dari sekadar perbankan melalui dukungan kepada bisnis-bisnis yang berdampak (businesses for impact): perusahaan yang berfokus menyeimbangkan profit serta dampak sosial dan/atau lingkungan. DBS Foundation juga berkontribusi kepada masyarakat dalam berbagai hal, termasuk memperlengkapi masyarakat marginal dengan keterampilan yang dibutuhkan di masa depan dan membantu mereka membangun ketahanan pangan. Dengan jaringan operasional ekstensif di Asia dan menitikberatkan pada keterlibatan dan pemberdayaan stafnya, DBS menyajikan peluang karir menarik. Tentang DBS Foundation DBS Foundation berfokus menciptakan dampak positif dan meningkatkan taraf hidup masyarakat dengan mendukung kewirausahaan sosial dan mempersiapkan masyarakat untuk masa depan.
Berkomitmen dalam menerapkan nilai “Business for Impact”, DBS Foundation senantiasa memberdayakan dan menumbuhkembangkan wirausaha sosial di kawasan Asia, dengan tujuan memaksimalkan solusi inovatif mereka untuk mengatasi masalah sosial dan lingkungan yang semakin besar. Selain program hibah unggulannya, DBS Foundation juga memberikan beragam dukungan kepada wirausaha sosial dalam bentuk advokasi, pelatihan keterampilan, pengembangan kapasitas dan peluang bisnis, dan masih banyak lainnya. Selain itu, melalui nilai “Community Impact”, DBS Foundation berupaya mempersiapkan masyarakat untuk masa depan dengan membekali mereka keterampilan yang dibutuhkan di masa mendatang serta mengurangi sampah makanan.
Baca Juga: Penduduk Unbanked Indonesia ke-4 Terbesar di Dunia, Bank DBS Dorong Inklusi Keuangan Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti