Bank di Inggris Raya, Lloyds Bank Merombak Bisnis, 2.500 Pekerja Terancam PHK



KONTAN.CO.ID - LONDON, 24 November (Reuters) - Bank terbesar di Britania Raya, Lloyds Bank, dikabarkan bakal memutuskan hubungan kerja atau PHK sekitar 2.500 karyawan. 

Menurut sumber yang akrab dengan masalah tersebut yang diwawancarai oleh Reuters, PHK ini sebagai bagian dari perombakan kebijakan. PHK dalam upaya untuk mengurangi beban biaya dan mengembalikan kepercayaan kepada  pemberi pinjaman alias lender.

Sumber tersebut mengabarkan Lloyds Bank dikabarkan akan memulai konsultasi dengan staf di sejumlah level jabatan, termasuk analis dan manajer produk.


Selain itu, ia menambahkan bahwa banyak dari karyawan tersbeut yang akan menjalani proses seleksi meskipun belum jelas berapa banyak yang pada akhirnya akan dipecat alias di PHK.

Manajemen diperkirakan akan memberitahu kabar PHK ini kepada para staf tentang proses tersebut paling cepat minggu ini. Ia juga menyebutkan bahwa restrukturisasi perusahaan ini juga akan melibatkan pembentukan 120 peran baru.

Baca Juga: Barclays Gives 35.000 Staff Pay Boost to Ease Cost-of-Living Burden

The Guardian pertama kali melaporkan tentang proses ini.

"Kami sedang berkembang dan mengubah bisnis kami untuk memastikan kami dapat melakukan lebih banyak untuk pelanggan kami dan memberikan produk dan layanan yang mereka butuhkan," kata juru bicara Lloyds.

Ia menambahkan bahwa bank tersebut sedang meninjau cara kerja tim, tanpa menjelaskan potensi pemotongan jumlah karyawannya ke depan.

Kabar ini datang setelah Reuters melaporkan pada hari Kamis bahwa saingan Lloyds Bank yakni, Barclays, sedang merencanakan penyelamatan biaya hingga 1 miliar poundsterling (US $1,25 miliar), yang bisa melibatkan pemotongan sebanyak 2.000 pekerjaan.

Sebagian besar bank di Britania Raya telah melaporkan serangkaian keuntungan yang menguat karena kenaikan suku bunga dan mencatatkan peningkatan pendapatan dari penyaluran pinjaman. 

Namun, kekhawatiran investor tentang persaingan bisnis yang lebih ketat untuk mendapatkan dana nasabah dan potensi gagal bayar pinjaman para kreditur di tengah krisis biaya hidup memberatkan di kawasan Eropa.

Editor: Syamsul Azhar