Bank Digital



KONTAN.CO.ID - Pandemi dan teknologi layaknya dua sisi mata uang tak terpisahkan. Sejak Covid-19 memaksa masyarakat berkantor dan berkegiatan di rumah, adopsi teknologi maju sangat cepat. Bukan cuma individu, korporasi pun dipaksa mempercepat transformasi bisnis berbasis teknologi. Di saat yang sama, perusahaan teknologi semakin agresif mencaplok entitas bisnis lain di berbagai sektor usaha.

Di industri keuangan, akusisi bank konvensional oleh perusahaan teknologi seakan tak ada habisnya. Yang terbaru, pekan ini, PT FinAccel Teknologi Indonesia mengakusisi 24% saham PT Bank Bisnis Indonesia Tbk (BBSI). Pengelola fintech pinjaman Kredivo yang berbasis di Singapura ini merogoh Rp 551,31 miliar untuk menancapkan kukunya di industri perbankan Indonesia.

Mudah ditebak, FinAccel bakal mengintegrasikan layanan pinjaman Kredivo dengan aneka layanan perbankan Bank Bisnis. Melihat status Kredivo sebagai fintech, sangat logis jika FinAccel bakal menyulap Bank Bisnis menjadi bank digital.


Kredivo bakal meramaikan persaingan bank digital. Sebelumnya, Gojek terlebih dahulu mencaplok saham Bank Jago dan mengubahnya jadi bank digital. Ekosistem finansial Gojek juga kiat kuat setelah berkolaborasi dengan Tokopedia dan merilis GoTo Financial. Ada pula, Sea Grop, induk Shopee, yang membeli PT Bank Kesejahteraan Ekonomi dan mengubahnya menjadi Bank Seabank Indonesia. Bank ini juga bakal menjadi bank digital.

Di luar nama-nama di atas, kita bisa membuat daftar panjang bank-bank lain yang bakal menjadi bank digital. Sebut saja bank digital milik BCA, Bank BRI Agro, Bank Aladin, MNC Bank, dan masih banyak lagi.

Apakah semua bank-bank digital itu bakal sukses? Masih sulit meramalkannya. Keberhasilan mereka akan sangat bergantung pada kejelian membidik segmen serta kemudahan dan keunggulan layanan digital masing-masing. Pada akhirnya, konsumen, yang akan menjadi hakim. Di ujung persaingan, sangat mungkin, kelak, konsolidasi bank-bank digital bakal terjadi dan menyisakan beberapa pemain utama.

Tren persaingan bank digital seharusnya akan menguntungkan konsumen. Sebab, akses produk-produk finansial seperti simpanan, pinjaman, atau proteksi akan semakin mudah. Namun, regulator mesti ekstraketat mengawal tren ini. Misalnya, selain soal permodalan, juga harus ada standar kualitas layanan. Jangan sampai kemudahan teknologi mengorbankan perlindungan nasabah.

Penulis : Cipta Wahyana

Managing Editor

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti