JAKARTA - KONTAN.CO.ID. Kemajuan teknologi digital yang pesat telah mengubah perilaku masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk layanan perbankan. Digitalisasi di sektor perbankan kini menjadi kebutuhan mendesak, mendorong sejumlah grup konglomerasi besar untuk menghadirkan layanan bank digital. Beberapa grup besar yang terjun dalam layanan ini antara lain Grup Djarum dengan PT Bank Digital BCA (Blu) yang bermitra dengan Blibli, Grup GoTo melalui PT Bank Jago Tbk (
ARTO), serta Grup CT Corp yang dimiliki oleh Chairul Tanjung dengan bank digitalnya, PT Allo Bank Indonesia Tbk (
BBHI).
Baca Juga: Sejumlah Bank Digital Tawarkan Bunga Deposito Tinggi, Ini Kata OJK Selain itu, ada juga PT Bank Neo Commerce Tbk (
BBYB) yang sahamnya dikendalikan oleh PT Akulaku Silvrr Indonesia, yang terafiliasi dengan Ant Financial milik Jack Ma. SeaBank, yang sebelumnya dikenal sebagai PT Bank Kesejahteraan Ekonomi (BKE), dikendalikan oleh Sea Group, perusahaan induk Shopee. Grab pun tidak ketinggalan melalui PT SuperBank Indonesia, sebelumnya PT Bank Fama International. Seiring dengan hadirnya bank-bank digital baru, persaingan semakin ketat dengan pemain lama seperti Bank Jago (ARTO) dan Bank Neo Commerce (BBYB), yang kini mendapat tantangan dari SeaBank.
Baca Juga: Livin' Merchant Hadirkan Solusi dengan Beragam Fitur Baru SeaBank, didukung oleh Sea Limited, menjadi salah satu bank digital dengan dukungan grup teknologi besar di ASEAN yang memiliki aset terbesar. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pun mengamati persaingan di sektor perbankan digital ini sebagai bagian dari dinamika bisnis perbankan yang wajar. Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae menekankan, pentingnya resiliensi digital bagi bank dalam menghadapi persaingan di era digital. Resiliensi ini meliputi tiga aspek utama: resiliensi terhadap dinamika bisnis, resiliensi terhadap gangguan, dan resiliensi nasabah. "Digitalisasi merupakan suatu keniscayaan. Dengan perkembangan teknologi dan pergeseran kebutuhan nasabah yang semakin mengarah pada layanan digital, pada akhirnya seluruh bank akan melakukan digitalisasi," ujar Dian dalam keterangan tertulis, dikutip Senin (16/9).
Baca Juga: PPATK: Pemain Judi Online Gunakan Fintech Lending untuk Pinjam Uang Dian juga menjelaskan bahwa mayoritas bank digital di Indonesia saat ini terbentuk melalui konversi model bisnis bank yang sudah ada menjadi bank digital.
Bank-bank digital baru ini umumnya didukung oleh induk usaha, baik berupa bank maupun non-bank, yang memberikan dukungan dalam hal permodalan, bisnis, serta infrastruktur teknologi informasi. Hal ini menjadi keunggulan bagi bank digital dalam menghadapi persaingan di era digital. Dengan pesatnya perkembangan teknologi dan semakin tingginya kebutuhan layanan digital, masa depan perbankan digital di Indonesia tampaknya akan terus berkembang, menghadirkan tantangan dan peluang bagi seluruh pemain di industri ini. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto