Bank domestik siap beli bank bermasalah



JAKARTA. Bankir menyambut baik rencana Bank Indonesia (BI) merevisi aturan kepemilikan tunggal atau single presence policy (SPP). Pasalnya, aturan ini memungkinkan bank nasional maupun asing, memiliki lebih dari satu bank.

Ini jelas berbeda dengan beleid SPP sebelumnya yang isinya melarang bank menjadi pemegang saham pengendali di bank lain. Jika terjadi, bank sentral mewajibkan bank tersebut harus merger atau menjual salah satu bank miliknya.

Adapun, revisi aturan kepemilikan bank yang bakal meluncur akhir Juni ini justru membolehkan institusi perbankan bisa menguasai saham bank lain hingga di atas 50% selama memenuhi syarat. Antara lain bank harus memiliki rating BBB dan permodalan yang kuat. Ini artinya, sepanjang memenuhi syarat ini, bank bisa membeli banyak bank bermasalah.


Bank Rakyat Indonesia (BRI) termasuk bank yang siap memanfaatkan momentum aturan kepemilikan bank ini. Perseroan ini malah sudah mengagendakan akuisisi dalam rencana bisnisnya tahun ini. Untuk tumbuh anorganik itu, BRI menyiapkan dana lebih dari Rp 1 triliun Tapi, "Pascaakuisisi Agroniaga, kami belum menemukan target yang pas," ujar Direktur Keuangan BRI Achmad Baiquni, Kamis (14/6).

Bank Mandiri juga mengincar bank beraset Rp 10 triliun - Rp 20 triliun dan bergerak di wholesales banking, ritel finance serta syariah. "Bila hanya beraset sebesar Rp 1 triliun - Rp 2 triliun, kami tidak berminat karena kurang nendang," tandas Direktur Utama Bank Mandiri, Zulkifli Zaini. Berharap tumbuh cepat, Bank Mandiri kini sudah memiliki Bank Sinar Harapan Bali serta Bank Syariah Mandiri.

Adapun Bank BNI memilih berhitung dulu. "Peraturan ini memang memudahkan kami jika ingin mengambil alih bank. Tapi kami berhitung dulu untung ruginya," ujar Direktur Utama BNI, Gatot M. Suwondo.

Bila bank-bank BUMN ngebet melakukan akuisisi, bank-bank besar lainnya belum menyatakan minatnya. Direktur Permata Bank, Lauren Sulistiawati, mengatakan akuisisi bank adalah domain pemilik. Bila mereka melihat ada bank yang cocok untuk dibeli, manajemen Permata Bank tentu akan diminta mengkaji lalu mengajukan proposal. "Saat ini, kami belum berencana akuisisi bank," ujarnya.

CIMB Group, pengendali CIMB Niaga juga belum tertarik menambah bank di Indonesia. Group Chief Executive CIMB Dato\' Sri Nazir Rajak beralasan, ingin fokus mengembangkan Niaga. Selain itu, CIMB tengah ekspansi ke negara lain, seperti Vietnam, Laos dan Myanmar.

Ekonom Universitas Gajah Mada Tony Prasetyantono, bank sentral seharusnya campur tangan agar bank domestik diprioritaskan mengakuisisi bank-bank bermasalah.

Hitungan dia, bank sekelas BCA, BRI dan Bank Mandiri bisa mencaplok tiga bank sekaligus dengan ukuran aset di bawah Rp 5 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Djumyati P.