JAKARTA. Bank Indonesia (BI) tengah mengkaji pelonggaran porsi pembiayaan bank atau loan to value (LTV) untuk kredit pemilikan rumah (KPR). Gubernur BI Agus D.W Martowadojo menyampaikan, kajian pelonggaran LTV ini sebagai upaya memberikan solusi dalam membantu pertumbuhan kredit yang sedang lesu karena perlambatan ekonomi. “Kami sedang mengkaji pelonggaran LTV di tahun ini. Jika sudah siap dikeluarkan akan disampaikan,” kata Agus, Jumat (20/5).
Lanjutnya, BI ingin relaksasi LTV ini harus seimbang dengna kondisi rasio kredit macet atau non performing loan (NPL) yang rendah, dan rasio likuiditas yang terjaga. Para bankir menyambut gembira terkait BI sedang mengkaji pelonggaran LTV. Direktur Konsumer PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Henry Koenaifi menyampaikan, KPR membutuhkan relaksasi aturan untuk meningkatkan penyaluran kredit. Nah, jika LTV ditingkatkan maka akan memberikan kemudahan bagi debitur dalam membayar DP. “LTV dilonggarkan akan meningkatkan KPR tapi kami belum hitung seberapa besar,” ucap Henry. Bank yang terafiliasi oleh Grup Djarum ini menggunakan jurus bunga singled digit untuk menarik permintaan KPR. BCA membidik pertumbuhan kredit perumahan minimal tumbuh 10% di tahun 2016. Senior Corporate Executive Consumer Banking PT Bank OCBC NISP Tbk Ka Jit menyampaikan, pihaknya mendukung rencana BI yang sedang mengkaji pelonggaran LTV untuk mendorong KPR. Pasalnya, pelonggaran LTV yang diterbitkan tahun 2015 tak berdampak signifikan pada pertumbuhan KPR dengan rata-rata pertumbuhan masih di bawah 10%. Ka Jit menambahkan, perbankan dan industri properti mengharapkan adanya pelonggaran larangan inden untuk rumah kedua hingga rumah ketiga.
Cara ini dapat mendongkrak permintaan KPR. OCBC NISP sendiri membidik pertumbuhan KPR sebesar 10%-12% di tahun 2016. Informasi saja, tren pertumbuhan KPR terus mengalami perlambatan. Data terakhir kredit properti tumbuh 11,4% atau senilai Rp 623,8 triliun per Maret 2016. Rinciannya, KPR dan KPA hanya tumbuh 8,0% atau senilai Rp 345,9 triliun, kredit konstruksi tumbuh 14,2% atau senilai Rp 170,1 triliun dan kredit realestate tumbuh 18,9% atau senilai Rp 107,8 triliun. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Dikky Setiawan