Bank Dunia: Bansos Lebih Efektif Tekan Kemiskinan Ketimbang Subsidi BBM



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Dunia (World Bank) menilai program bantuan sosial (bansos) dan program jaminan sosial lebih efektif dalam menekan angka kemiskinan di Indonesia ketimbang pemberian subsidi bahan bakar minyak (BBM).

Menurutnya, kombinasi bantuan sosial, jaminan sosial, inklusi keuangan, dan investasi infrastruktur yang tangguh dapat membantu rumah tangga keluar dari kemiskinan.

"Bantuan sosial tidak hanya lebih efisien untuk mengurangi kemiskinan tetapi juga sangat progresif dalam menurunkan ketimpangan," tulis World Bank dalam laporannya bertajuk Pathways Towards Economic Security Indonesia Poverty Assessment, dikutip Selasa (9/5).


Meski begitu, langkah-langkah perlindungan sosial tersebut perlu dibarengi dengan penciptaan lapangan kerja pula untuk melindungi masyarakat agar tidak jatuh ke jurang kemiskinan.

Baca Juga: Bank Dunia Sarankan Pemerintah Hapus Subsidi Energi dan Pupuk

Selain itu, pemberian bantuan sosial (bansos) juga harus lebih tepat sasaran dan lebih komprehensif.

"Diperlukan adanya sistem bansos yang lebih responsif dan perluasan cakupan jaminan sosial, termasuk bagi para pekerja informal, untuk meningkatkan ketangguhan rumah tangga agar tidak jatuh ke dalam kemiskinan," katanya.

Meski bansos efektif menangani kemiskinan, namun Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyinggung penyaluran bansos yang tidak sampai ke tangan masyarakat yang membutuhkan, terutama di level pemerintah daerah.

Baca Juga: World Bank Sarankan Indonesia Berlakukan Pajak Karbon, Begini Kata Sri Mulyani

"Masalahnya, ketika (bansos) di tingkat level yang lebih rendah, pemerintah daerah tidak akan memilih yang paling miskin, melainkan memilih para pendukungnya (untuk dapat bansos)," katanya dalam acara World's Bank Indonesia Poverty Assessment di Jakarta, Selasa (9/5).

Di sisi lain, World Bank menilai pemberian subsidi energi dan subsidi pertanian tidak efektif dalam mengurangi kemiskinan dan ketimpangan. Terlebih lagi, pemberian subsidi tersebut masih tidak tepat sasaran.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi