KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Sri Lanka sepertinya harus berjuang lebih lama dalam mengatasi krisis ekonominya, karena Bank Dunia belum menyiapkan rencana bantuan finansial baru untuk mereka. Pada Kamis (28/7), Bank Dunia justru menyarankan Sri Lanka melakukan reformasi struktural yang fokus pada stabilitas ekonomi dan menemukan akar penyebab krisisnya. "World Bank Group sangat prihatin dengan situasi ekonomi yang mengerikan dan dampaknya terhadap Sri Lanka," tulis Bank Dunia dalam pernyataannya, seperti dikutip
Reuters.
Untuk saat ini, Bank Dunia berusaha membantu Sri Lanka dengan menggunakan program yang sudah ada. Bantuan sementara fokus pada pengadaan barang-barang pokok, obat-obatan, gas untuk memasak, pupuk, makanan anak-anak, serta pemerian uang tunai.
Baca Juga: Pasukan Sri Lanka Menyerbu Kamp Protes Anti-Pemerintah Saat Presiden Baru Menjabat Lebih lanjut, Bank Dunia mengatakan, sedang bekerja erat untuk membangun kontrol dan pengawasan fidusia untuk memastikan distribusi yang adil. Sebelum mengundurkan diri, Presiden Gotabaya Rajapaksa bulan lalu menyatakan, Bank Dunia akan merestrukturisasi 17 proyek yang ada. Selanjutnya, Sri Lanka disebut akan menerima lebih banyak bantuan setelah negosiasi dengan IMF selesai. Di tengah perjuangannya menjauh dari kebangkrutan, Sri Lanka kini meminta bantuan kepada China untuk menghidupkan kembali perdagangan, investasi, dan pariwisata. Awal pekan ini, Duta Besar Sri Lanka untuk China Palitha Kohona menyatakan permohonan bantuannya itu ketika merundingkan paket darurat senilai US$ 4 miliar dari China.
Baca Juga: Sri Lanka Dekati China Demi Hidupkan Kembali Perdagangan, Investasi, dan Pariwisata Dalam wawancaranya dengan
Reuters, Kohona juga berharap, perusahaan China mau membeli lebih banyak teh hitam, safir, rempah-rempah, dan pakaian dari Sri Lanka. "Beijing juga dapat membantu dengan menuangkan investasi lebih lanjut ke proyek pelabuhan besar di Kolombo dan Hambantota. Rencana investasi besar China belum terwujud karena pandemi Covid-19," ungkap Kohona. Sebagai tambahan, Sri Lanka berharap bisa melihat lebih banyak turis China di negaranya. Jumlah turis China di Sri Lanka disebut turun drastis dari 265.000 pada 2018 menjadi hampir nol setelah serangan bunuh diri 2019 dan pandemi.