JAKARTA. Sumitomo Mitsui Financial Group Inc bersama World Bank dan US Agency for International Development (USAID) bersepakat untuk menjadi penasihat Indonesia dalam pembiayaan proyek energi terbarukan. Mereka menilai, Indonesia merupakan negara yang cukup agresif dalam membangun pembangkit listrik.Kemarin, mereka juga telah meneken perjanjian dengan BCA yang akan ikut melakukan mitigasi risiko investasi, agar proyek energi terbarukan yang digarap memenuhi syarat sertifikasi PBB untuk kredit karbon. Hal tersebut disampaikan Juru Bicara Sumitomo Mitsui, Kyosuke Hattori, seperti dikutip Bloomberg, Senin (1/3).Tahun lalu, Pemerintah Indonesia menyatakan membutuhkan dana sebesar US$ 17.3 miliar untuk memenuhi kebutuhan listrik dengan menambah kapasitas pembangkit listrik 10.000 megawatt pada 2012. Separuh dari proyek itu, berasal dari pembangkit listrik yang ramah lingkungan, seperti pembangkit tenaga air dan panas bumi. Sumitomo Mitsui mengharapkan kesepakatan itu akan membuka jalan untuk mendapatkan kontrak pinjaman sindikasi dengan bank-bank Indonesia untuk membiayai proyek energi terbarukan. “Kami memperkirakan Indonesia membutuhkan investasi sebesar 500 miliar yen untuk proyek energi terbarukan,” jelas Hattori. Direktur Pengelola Institut Ekonomi Energi Jepang, Kensuke Kanekiyo menilai Indonesia membutuhkan pendanaan, sumber daya manusia yang kompeten dan perencanaan yang terstruktur untuk menuntaskan seluruh proyek pembangkit listrik. "Risiko investasi pembangkit listrik terbarukan lebih tinggi dibandingkan pembangkit yang berbahan bakar minyak dan gas," ujarnya.Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan, banyak negara dan lembaga keuangan yang memiliki minat besar terhadap proyek energi terbarukan. "Sebab, ini sangat cocok sekali dengan tema climate change," tuturnya di Istana Merdeka, Senin (1/3) kemarin.Menurut Sri Mulyani, kerjasama energi terbarukan tidak hanya dari sisi pembiayaan, melainkan juga teknologi, atau pola kemitraan dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). "Kerjasama ini akan menjadi area atau prospek yang luarbiasa manfaatnya," katanya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Bank Dunia Gaet Bank Dunia dan Sumitomo
JAKARTA. Sumitomo Mitsui Financial Group Inc bersama World Bank dan US Agency for International Development (USAID) bersepakat untuk menjadi penasihat Indonesia dalam pembiayaan proyek energi terbarukan. Mereka menilai, Indonesia merupakan negara yang cukup agresif dalam membangun pembangkit listrik.Kemarin, mereka juga telah meneken perjanjian dengan BCA yang akan ikut melakukan mitigasi risiko investasi, agar proyek energi terbarukan yang digarap memenuhi syarat sertifikasi PBB untuk kredit karbon. Hal tersebut disampaikan Juru Bicara Sumitomo Mitsui, Kyosuke Hattori, seperti dikutip Bloomberg, Senin (1/3).Tahun lalu, Pemerintah Indonesia menyatakan membutuhkan dana sebesar US$ 17.3 miliar untuk memenuhi kebutuhan listrik dengan menambah kapasitas pembangkit listrik 10.000 megawatt pada 2012. Separuh dari proyek itu, berasal dari pembangkit listrik yang ramah lingkungan, seperti pembangkit tenaga air dan panas bumi. Sumitomo Mitsui mengharapkan kesepakatan itu akan membuka jalan untuk mendapatkan kontrak pinjaman sindikasi dengan bank-bank Indonesia untuk membiayai proyek energi terbarukan. “Kami memperkirakan Indonesia membutuhkan investasi sebesar 500 miliar yen untuk proyek energi terbarukan,” jelas Hattori. Direktur Pengelola Institut Ekonomi Energi Jepang, Kensuke Kanekiyo menilai Indonesia membutuhkan pendanaan, sumber daya manusia yang kompeten dan perencanaan yang terstruktur untuk menuntaskan seluruh proyek pembangkit listrik. "Risiko investasi pembangkit listrik terbarukan lebih tinggi dibandingkan pembangkit yang berbahan bakar minyak dan gas," ujarnya.Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan, banyak negara dan lembaga keuangan yang memiliki minat besar terhadap proyek energi terbarukan. "Sebab, ini sangat cocok sekali dengan tema climate change," tuturnya di Istana Merdeka, Senin (1/3) kemarin.Menurut Sri Mulyani, kerjasama energi terbarukan tidak hanya dari sisi pembiayaan, melainkan juga teknologi, atau pola kemitraan dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). "Kerjasama ini akan menjadi area atau prospek yang luarbiasa manfaatnya," katanya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News