Bank Dunia: Gejolak harga komoditas dan minyak mentah ancam Indonesia



JAKARTA. Bank Dunia mengingatkan risiko yang muncul dari gejolak ekonomi dunia terhadap perekonomian Indonesia. Risiko itu yakni gejolak harga komoditas dan minyak mentah.Ekonom utama Bank Dunia untuk Indonesia Shubham Chaudhuri ini mengatakan, harga komoditas dunia terus meningkat. Dia mengatakan, lonjakan harganya telah sebanding atau lebih tinggi dari nilai tertinggi yang pernah tercatat pada 2008 lalu. Dia mencontohkan harga energi yang lebih tinggi 28% secara year on year sampai Februari 2011. Sementara, harga komoditas pertanian telah naik 17% dari harga tertinggi pada 2008 lalu. “Kenaikan harga komoditi dunia yang hampir serupa pada tahun 2008 menjadi tantangan bagi ekonomi Indonesia,” ungkapnya.Dia mengatakan, kenaikan harga komoditi pangan sangat berpengaruh bagi ekonomi Indonesia yang kontribusi terbesarnya ditopang dari konsumsi rumah tangga. Menurutnya, rumah tangga sangat rentan terhadap gejolak kenaikan harga komoditi pangan dan berimbas pada ekspektasi dan tekanan inflasi.Cadhauri juga mengingatkan, pemerintah segera mengambil langkah cepat untuk mengatasi membengkaknya subsidi BBM akibat lonjakan harga minyak. Dia mengatakan, gejolak harga minyak mentah akan membebani anggaran negara.Selain itu, Bank Dunia menekankan, pemerintah segera mendongkrak investasi. Dia mengatakan, Indonesia harus mampu menarik investasi secara cepat dan besar bila ingin sejajar dengan China.Ekonom Universitas Indonesia Chatib Basri menilai, secara makro ekonomi, pertumbuhan ekonomi nasional memang menunjukkan tanda positif. “Tapi saya sependapat bahwa tekanan harga komoditi dunia adalah risiko sekaligus tantangan bagi ekonomi kita saat ini,” ujarnya.Tahun ini, Bank Dunia memprediksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 6,4% atau sama dengan target pemerintah dalam asumsi makro APBN 2011. Angka ini direvisi dari sebelumnya 6,2%. Untuk tahun 2012, Bank Dunia memperkirakan ekonomi nasional mampu tumbuh pada kisaran 6,7%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Edy Can