JAKARTA. Setelah puluhan tahun hanya berkutat di masalah ekonomi dan finansial, Bank Dunia melebarkan fokusnya ke sisi politik, konflik, dan pertahanan. Kemarin (3/9), untuk pertama kalinya, Bank Dunia meluncurkan World Development Report 2011 on Conflict, Security and Development.Peluncuran riset terbaru Bank Dunia itu dilakukan di Sekretariat ASEAN di Jakarta menjelang KTT ASEAN ke-18. ASEAN merupakan salah satu pihak yang memberi masukan kepada Bank Dunia dalam riset tersebut. Bank Dunia menyatakan konflik ketidakamanan mempengaruhi pembangunan di dunia. Saat ini ada sekitar 1,5 juta warga dunia yang tinggal di negara yang terkena kekerasan politik dan kriminal.Di abad ke-21, kata studi itu, wujud konflik dan kekerasan telah berubah. Jika sebelumnya konflik dan kekerasan lebih banyak terjadi pada peperangan, kini konflik terjadi dari berbagai tekanan domestik dan internasional, misalnya pengangguran; ketegangan antaretnis, agama, dan kelompok sosial; kriminalitas yang terencana serta jaringan penyelundupan manusia. "Para pemimpin nasional dan global perlu cara yang lebih baik merespon kebutuhan untuk keamanan, kesempatan kerja, dan keadilan," ujar Sarah Cliffe, Co-Director and Special Representative for the World Development Report dalam siaran persnya. Laporan itu juga menyajikan sejumlah angka dan fakta. Bank Dunia menegaskan berbagai konflik menimbulkan efek samping ke ekonomi. Misalkan, pembajakan di laut diperkirakan mengakibatkan kerugian ekonomi langsung antara US$ 6,7 miliar hingga US$ 11,2 miliar. Ini termasuk uang tebusan, asuransi, dan pengalihan rute. Upaya global mengatasi pembajakan juga diprediksi menelan biaya antara US$ 1,7 miliar dan US$ 4,5 miliar di 2010.Angka lainnya, negara-negara yang bertetangga dengan negara-negara yang tengah terhantam perang saudara diprediksi pertumbuhan ekonominya merosot 0,7%.Peneliti dari International Crisis Group mengungkapkan, pelebaran fokus ini merupakan lompatan besar Bank Dunia. "Selama ini, Bank Dunia hanya berpikir satu-satunya ccara mendorong pembangunan adalah dengan menguatkan ekonomi. Padahal tidak hanya itu," ujarnya. Dengan laporan ini, Bank Dunia ikut memasukkan faktor lain seperti konflik, keadilan, peengembangan institusi dan keadilan.
Bank Dunia mulai fokus ke masalah politik, konflik dan pertahanan
JAKARTA. Setelah puluhan tahun hanya berkutat di masalah ekonomi dan finansial, Bank Dunia melebarkan fokusnya ke sisi politik, konflik, dan pertahanan. Kemarin (3/9), untuk pertama kalinya, Bank Dunia meluncurkan World Development Report 2011 on Conflict, Security and Development.Peluncuran riset terbaru Bank Dunia itu dilakukan di Sekretariat ASEAN di Jakarta menjelang KTT ASEAN ke-18. ASEAN merupakan salah satu pihak yang memberi masukan kepada Bank Dunia dalam riset tersebut. Bank Dunia menyatakan konflik ketidakamanan mempengaruhi pembangunan di dunia. Saat ini ada sekitar 1,5 juta warga dunia yang tinggal di negara yang terkena kekerasan politik dan kriminal.Di abad ke-21, kata studi itu, wujud konflik dan kekerasan telah berubah. Jika sebelumnya konflik dan kekerasan lebih banyak terjadi pada peperangan, kini konflik terjadi dari berbagai tekanan domestik dan internasional, misalnya pengangguran; ketegangan antaretnis, agama, dan kelompok sosial; kriminalitas yang terencana serta jaringan penyelundupan manusia. "Para pemimpin nasional dan global perlu cara yang lebih baik merespon kebutuhan untuk keamanan, kesempatan kerja, dan keadilan," ujar Sarah Cliffe, Co-Director and Special Representative for the World Development Report dalam siaran persnya. Laporan itu juga menyajikan sejumlah angka dan fakta. Bank Dunia menegaskan berbagai konflik menimbulkan efek samping ke ekonomi. Misalkan, pembajakan di laut diperkirakan mengakibatkan kerugian ekonomi langsung antara US$ 6,7 miliar hingga US$ 11,2 miliar. Ini termasuk uang tebusan, asuransi, dan pengalihan rute. Upaya global mengatasi pembajakan juga diprediksi menelan biaya antara US$ 1,7 miliar dan US$ 4,5 miliar di 2010.Angka lainnya, negara-negara yang bertetangga dengan negara-negara yang tengah terhantam perang saudara diprediksi pertumbuhan ekonominya merosot 0,7%.Peneliti dari International Crisis Group mengungkapkan, pelebaran fokus ini merupakan lompatan besar Bank Dunia. "Selama ini, Bank Dunia hanya berpikir satu-satunya ccara mendorong pembangunan adalah dengan menguatkan ekonomi. Padahal tidak hanya itu," ujarnya. Dengan laporan ini, Bank Dunia ikut memasukkan faktor lain seperti konflik, keadilan, peengembangan institusi dan keadilan.