JAKARTA. Bank Dunia memprediksi perekonomian Indonesia tahun 2015 mencapai 5.2%. Perkiraan yang menunjukkan pertumbuhan ekonomi melambat ini karena pertumbuhan investasi yang menurun. Bank Indonesia mencatat, investasi langsung tahun 2014 di kuartal III di Indonesia mencapai US$5,42 miliar. Capaian ini menunjukkan penurunan dari tahun 2013 kuartal III sebesar US$5,48 miliar.
Lead Economist World Bank, Ndiame Diop menyatakan bahwa untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia butuh investasi langsung yang jumlahnya banyak. Namun rata-rata pertumbuhan investasi yang tercatat di Bank Dunia mengalami penurunan.
Benar saja, pertumbuhan investasi yang masuk ke Indonesia tahun 2014 sebesar 5% lebih rendah capaiannya dari tahun 2011 sebesar 9%. Turunnya pertumbuhan investasi yang masuk ke Indonesia dinilai Ndiame karena impor barang modal di Indonesia mengalami penurunan. Asal tahu saja, impor barang modal sepanjang Januari-Oktober 2014 capai US$ 24,84 miliar. Realisasi ini menurun dari Januari-Oktober 2013 sebesar US$ 26,40 miliar. “Barang modal hal penting untuk investasi meningkat enam bulan ke depan. Tetapi, kami tidak melihat peningkatan signifikan pada impor barang modal” ujar Ndiame di Energy Building, (8/12). Bukan hanya peningkatan impor barang modal yang jadi alasan untuk meningkatkan investasi, namun kebijakan pemerintah dalam memperbaiki infrastruktur juga berperan dalam menumbuhkan investasi langsung. Menurut Ndiame Diop, dengan memperbaiki perizinan tanah dan akuisisi lahan, investasi di bidang infrastruktur akan terlaksana tahun 2016. “Investasi di bidang infrastruktur penting, oleh sebab itu anggaran untuk infrastruktur tidak boleh ada kesenjangan” tandas Ndiame. Terkait infrastruktur, pemerintah memang sudah mengkaji beberapa hal seperti pembangunan tol laut, pembangunan pembangkit listrik 35.000 mega watt, pembangunan pelabuhan, dan lainnya. Selain itu, pemerintah juga akan fokus untuk menyederhanakan masalah perijinan investasi melalui pelayanan terpadu satu pintu di Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).
Chief economist and head of government relations for Standard Chartered, Fauzi Ichsan menilai pemerintahan Joko Widodo saat ini bisa mengundang investor ke Indonesia. Sehingga untuk permasalahan makro di Indonesia tidak perlu diragukan lagi. “Diharapkan FDI dipercepat dengan reformasi struktural” kata Fauzi. Fauzi mengatakan bahwa Indonesia tidak bisa mengharapkan investasi portofolio saja, melainkan investasi langsung. Namun, dengan pemerintah yang baru, pertumbuhan investasi tidak perlu diragukan, apalagi dengan kebijakan Presiden yang melakukan pembangunan
mass rapid transit (MRT). Dengan kebijakan pemerintah dalam memperbaiki bidang infrastruktur dan peningkatan investasi, Bank Dunia menilai pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2016 bisa mencapai 5.5% yang lebih meningkat dari tahun 2015 sebesar 5.2%. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto