jakarta. Pemerintah boleh mengklaim rasio utang pemerintah pada 2008 lalu cuma 33% dari Produk Domestik Bruto (PDB) atau GDP. Tapi, data Bank Dunia menunjukkan: rasio utang Indonesia mencapai 35% dari Pendapatan Nasional Bruto (GNI).Laporan bertajuk Global Development Finance: External Debt of Developing Countries, yang dilansir Bank Dunia dalam situsnya, menyebut, rasio utang negara kita lebih tinggi ketimbang rasio utang 128 negara berkembang lainnya, yang rata-rata hanya sekitar 22,1% dari GNI.Cuma, Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan Rahmat Waluyanto menilai, patokan yang paling relevan untuk mengukur rasio utang adalah terhadap PDB. "Kami akan tetap mengacu pada rasio utang terhadap PDB, karena ekonom di seluruh dunia lazimnya memakai PDB, bukan GNI," katanya, Senin (15/2).Pertimbangannya, Rahmat menjelaskan, perekonomian Indonesia merupakan ekonomi terbuka dalam aktivitas keuangan dan ekonomi. Jadi, "Dengan GDP pengukuran pertumbuhan ekonomi jadi lebih fair, objektif, informatif, dan lengkap, karena peranan dan kontribusi semua pelaku ekonomi, baik domestik maupun asing, di perekonomian nasional Indonesia diperhitungkan," ujar dia.Tak hanya itu, dengan memakai acuan rasio utang terhadap GDP, maka jadi lebih mudah diperbandingkan dengan rasio sejenis yang dipakai di berbagai negara.Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang mencatat, utang pemerintah pada 2008 lalu sebesar Rp 1.636,74 triliun atau 33% dari GDP. Angka ini menyusut menjadi tinggal Rp 1.589,78 triliun atau 29% dari GDP di 2009 lalu.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Bank Dunia: Rasio Utang Indonesia Paling Tinggi
jakarta. Pemerintah boleh mengklaim rasio utang pemerintah pada 2008 lalu cuma 33% dari Produk Domestik Bruto (PDB) atau GDP. Tapi, data Bank Dunia menunjukkan: rasio utang Indonesia mencapai 35% dari Pendapatan Nasional Bruto (GNI).Laporan bertajuk Global Development Finance: External Debt of Developing Countries, yang dilansir Bank Dunia dalam situsnya, menyebut, rasio utang negara kita lebih tinggi ketimbang rasio utang 128 negara berkembang lainnya, yang rata-rata hanya sekitar 22,1% dari GNI.Cuma, Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan Rahmat Waluyanto menilai, patokan yang paling relevan untuk mengukur rasio utang adalah terhadap PDB. "Kami akan tetap mengacu pada rasio utang terhadap PDB, karena ekonom di seluruh dunia lazimnya memakai PDB, bukan GNI," katanya, Senin (15/2).Pertimbangannya, Rahmat menjelaskan, perekonomian Indonesia merupakan ekonomi terbuka dalam aktivitas keuangan dan ekonomi. Jadi, "Dengan GDP pengukuran pertumbuhan ekonomi jadi lebih fair, objektif, informatif, dan lengkap, karena peranan dan kontribusi semua pelaku ekonomi, baik domestik maupun asing, di perekonomian nasional Indonesia diperhitungkan," ujar dia.Tak hanya itu, dengan memakai acuan rasio utang terhadap GDP, maka jadi lebih mudah diperbandingkan dengan rasio sejenis yang dipakai di berbagai negara.Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang mencatat, utang pemerintah pada 2008 lalu sebesar Rp 1.636,74 triliun atau 33% dari GDP. Angka ini menyusut menjadi tinggal Rp 1.589,78 triliun atau 29% dari GDP di 2009 lalu.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News