JAKARTA. PT Bank Ekonomi Raharja Tbk (BAEK) membidik pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) sesuai pertumbuhan pasar yakni sekitar 18% - 20% dan kredit 22% - 24%. Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), pada Desember 2012 penyaluran kredit mencapai Rp 17,15 triliun atau tumbuh 21% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang senilai Rp 14,06 triliun. Gimin Sumalim, Network and Distribution Director Bank Ekonomi, mengatakan, tahun ini, penyaluran kredit tersebut akan mengalir ke small medium enterprise (SME), ritel banking, corporate banking and consumer goods. "Porsi kredit kami tidak ada yang mayoritas, semua sektor memiliki porsi-porsinya," ucap Gimin, Jumat (8/3). Mengutip data BI, bank yang terafiliasi oleh Hongkong and Shanghai Banking Corporation Limited (HSBC) tersebut mencatat pertumbuhan DPK hanya 4,4% menjadi Rp 20,96 triliun dibandingkan posisi sebelumnya Rp 20,07 triliun sampai Desember lalu. DPK tersebut berasal dari giro Rp 4,15 triliun, tabungan Rp 7,86 triliun dan deposito Rp 8,93 triliun. Honny Koesmo, Head of Treasury and Financial Institution Bank Ekonomi, menuturkan, tahun ini pihaknya tetap akan menjaga porsi dana murah (giro dan tabungan) lebih besar dibandingkan dana mahal. Pasalnya, akan menjaga biaya dana atau cost of fund lebih rendah. "Porsi dana murah akan kami jaga," ucapnya. Honny bilang, sumber dana bank mayoritas berasal dari rupiah, karena kredit yang diberikanpun dalam mata uang lokal, sedangkan kredit valuta asing (valas) sesuai dengan permintaan kredit dari debitur. Nah, untuk memperbesar sumber likuiditas perbankan, perseroan dapat memperolehnya dengan berbagai cara misalnya penerbitan obligasi ataupun menggeber pertumbuhan DPK sesuai pasar. "Saat ini kami belum butuh, kami kedepan bisa saja ke arah sana," ucapnya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Bank Ekonomi Raharja akan genjot DPK dan kredit
JAKARTA. PT Bank Ekonomi Raharja Tbk (BAEK) membidik pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) sesuai pertumbuhan pasar yakni sekitar 18% - 20% dan kredit 22% - 24%. Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), pada Desember 2012 penyaluran kredit mencapai Rp 17,15 triliun atau tumbuh 21% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang senilai Rp 14,06 triliun. Gimin Sumalim, Network and Distribution Director Bank Ekonomi, mengatakan, tahun ini, penyaluran kredit tersebut akan mengalir ke small medium enterprise (SME), ritel banking, corporate banking and consumer goods. "Porsi kredit kami tidak ada yang mayoritas, semua sektor memiliki porsi-porsinya," ucap Gimin, Jumat (8/3). Mengutip data BI, bank yang terafiliasi oleh Hongkong and Shanghai Banking Corporation Limited (HSBC) tersebut mencatat pertumbuhan DPK hanya 4,4% menjadi Rp 20,96 triliun dibandingkan posisi sebelumnya Rp 20,07 triliun sampai Desember lalu. DPK tersebut berasal dari giro Rp 4,15 triliun, tabungan Rp 7,86 triliun dan deposito Rp 8,93 triliun. Honny Koesmo, Head of Treasury and Financial Institution Bank Ekonomi, menuturkan, tahun ini pihaknya tetap akan menjaga porsi dana murah (giro dan tabungan) lebih besar dibandingkan dana mahal. Pasalnya, akan menjaga biaya dana atau cost of fund lebih rendah. "Porsi dana murah akan kami jaga," ucapnya. Honny bilang, sumber dana bank mayoritas berasal dari rupiah, karena kredit yang diberikanpun dalam mata uang lokal, sedangkan kredit valuta asing (valas) sesuai dengan permintaan kredit dari debitur. Nah, untuk memperbesar sumber likuiditas perbankan, perseroan dapat memperolehnya dengan berbagai cara misalnya penerbitan obligasi ataupun menggeber pertumbuhan DPK sesuai pasar. "Saat ini kami belum butuh, kami kedepan bisa saja ke arah sana," ucapnya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News