Bank genjot bisnis jasa remitansi



JAKARTA. Penyaluran kredit melambat, bankir harus pintar-pintar mencari sumber pemasukan lain, seperti pendapatan dari non bunga. Salah satu sumber pemasukan yang menjadi incaran perbankan adalah bisnis remitansi. Asal tahu saja, pangsa pasar jasa pengiriman uang antar negara ini cukup menggiurkan.

Rahmad Hidayat, Head of Financial Institutions Global Payment & Overseas Network Bank Negara Indonesia (BNI) bilang, kue bisnis remitansi penduduk Indonesia di luar negeri kini bernilai US$ 8 miliar per tahun.

Rahmad mengklaim, dari jumlah uang perputaran bisnis pengiriman uang itu, BNI menguasai sekitar 50% atau US$ 4 miliar. Perolehan terbesar berasal dari Malaysia, Uni Emirat Arab, Qatar dan Saudi Arabia.


Transaksi remitansi dari sejumlah negara itu mencapai 25% dari total transaksi remitansi BNI tahun 2014, yang tumbuh 7% dari tahun 2013. Nilai pengiriman uang dari Korea Selatan juga cukup tinggi.

Tahun lalu, kata Rahmad, nilai remitansi BNI dari Korea Selatan mencapai US$ 300 juta. "Target tahun lalu tercapai melalui kerjasama dengan KB Kookmin Bank," kata Rahmad.

Sebagai gambaran, KB Kookmin Bank adalah bank keempat terbesar di Korea Selatan dari sisi nilai aset. Pada tahun ini, BNI menargetkan pertumbuhan transaksi remitansi sebesar 20% dari tahun 2014 yang berkisar US$ 4 miliar. Salah satu caranya adalah lewat peningkatan sistem aplikasi smart remittance, sehingga pengiriman uang menjadi lebih real time.

Pertumbuhan Malaysia Tidak dipungkiri, Malaysia diprediksi masih menjadi negara asal remitansi terbesar bagi BNI. "Pertumbuhan terbesar didorong oleh remitansi dari Malaysia," ujar Rahmad.

Hal tersebut diakui juga Bank Mandiri. Tahun lalu, jasa remitansi asal Malaysia tumbuh 13,2% dan menyumbang 12% dari total transaksi remitansi Bank Mandiri.

Sementara, kantong remitansi lain semisal Hong Kong, kata Rohan Hafas, Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri, menyumbang kontribusi sebanyak 8% dari total remitansi Bank Mandiri. Rohan menyatakan, data remitansi asal Hong Kong saban tahun berkisar HK$ 121 juta.

Sementara, bisnis pengiriman uang dari Malaysia berjumlah sekitar RM 100 juta. "Tahun ini kami menargetkan kenaikan bisnis remitansi 30%, lewat kerjasama dengan perusahaan ritel ternama dari Hong Kong dan dalam negeri yang mulai aktif bulan depan," imbuh Rohan.

Tidak mau kalah, Bank Rakyat Indonesia (BRI) menyebutkan, volume transaksi remitansi tahun 2014 naik 47%. Sekretaris Perusahaan BRI, Budi Satria bilang, angka ini lebih tinggi dari pertumbuhan remitansi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) berdasarkan data Bank Indonesia (BI).

Data BI per September 2014 terlihat, pertumbuhan transaksi remitansi TKI tumbuh 11,43%. Di saat sama, transaksi remitensi BRI tumbuh 13%. Tahun ini, BRI menargetkan pertumbuhan jasa remitansi sekitar 35%. "BRI telah mulai meningkatkan kerjasama di negara-negara dengan basis TKI non pembantu rumahtangga , seperti Korea dan Jepang," kata Budi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto