KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri perbankan bakal semakin ramai dengan hadirnya bank digital. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pun telah merilis syarat pendirian bank digital di Indonesia. Kendati demikian PT Bank IBK Indonesia Tbk (AGRS) tak berminat bertranformasi jadi bank digital. Bank IBK juga tidak berencana melakukan perubahan strategi bisnis. "Perseroan tidak berencana untuk masuk dalam bank digital. Perseroan tidak berencana untuk melakukan perubahan strategi usaha," ujar Direktur Bank IBK Indonesia Vera Afianti dalam keterbukaan informasi pada Selasa (9/3).
Ia juga menyatakan, tidak ada rencana penggabungan usaha atau pengambilalihan saham Bank IBK oleh pihak lain. Juga tidak ada unicorn yang berencana melakukan akuisisi atas saham Bank IBK. Bank ini juga berkomitmen untuk tetap tercatat dalam BEI.
Baca Juga: Begini strategi Bank IBK (AGRS) untuk masuk jajaran bank BUKU 3 Bank IBK Indonesia telah memiliki rencana agar menjadi bank BUKU 3 alias memiliki modal inti mulai Rp 5 triliun hingga Rp 30 triliun. Vera menyatakan, Bank IBK akan berkomitmen untuk menambah modal inti itu sesuai dengan POJK No 12/POJK.03/2020 tentang konsolidasi bank. Oleh sebab itu, sesuai dengan rencana bisnis bank (RBB) tahun 2020 hingga 2021, pemegang saham pengendali berencana untuk menambahkan modal hingga empat kali sampai 2023. Rinciannya, pada kuartal kedua 2020, telah masuk suntikan modal senilai Rp 700 miliar sehingga modal inti bank menjadi Rp 1,4 triliun. Lalu pada kuartal IV 2020, kembali ada suntikan senilai Rp 1 triliun yang membuat modal inti bank ini menjadi Rp 2,4 triliun. Tak sampai disitu, pada kuartal keempat 2021 ini, pemegang saham pengendali juga berencana menyuntikan modal senilai Rp 1 triliun sehingga modal inti menjadi Rp 3,4 triliun.
“Pada tahun 2023, pemegang saham pengendali direncanakan akan kembali menyetorkan modal sebesar Rp 2 triliun. Guna memperkuat permodalan Bank IBK pada 2023 dengan mekanisme
rights issue, sehingga total modal inti akan menjadi sebesar Rp 5,4 triliun dan sudah memenuhi persyaratan menjadi bank BUKU 3,” jelasnya. Selain itu, Bank IBK Indonesia juga berkomitmen untuk memenuhi ketentuan V.1 Peraturan Bursa No 1-A terkait free float. Oleh sebab itu, Bank IBK akan segera melakukan penawaran umum terbatas III atau
rights issue. Rencanya, bank akan menawarkan 7,5% sahamnya kepada publik. Merujuk data RTI, sebanyak 97,5% saham Bank IBK Indonesia dimiliki oleh Industri Bank of Korea per 31 Januari 2021. Lalu sebanyak 1,85% dimiliki oleh masyarakat dan 0,47% digenggam oleh PT Dian Intan Perkasa, serta sebanyak 0,18% saham treasury.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat