Bank Index Sudah Penuhi Modal Inti Lewat Injeksi Pemegang Saham Eksisting



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Index Selindo memastikan telah memenuhi ketentuan modal inti minimum sebesar Rp 3 triliun pada akhir 2022. Hal itu dilakukan dengan injeksi modal dari pemegang saham eksisting. 

Putri Tiara Head of Marketing Communication Bank Index Selindo mengungkapkan, hingga saat ini perseroan tidak ada opsi melakukan merger dan juga penambahan investor baru. 

"Aksi korporasi yang dilakukan (dalam memenuhi modal inti minimum) adalah dengan PSM dan beberapa pemegang saham minoritas melakukan penyetoran modal," ungkap Tiara pada Kontan.co.id, Senin (16/1).


Per September 2022, pemegang saham Bank Index terdiri dari PT Kazanah Indexindo dengan kepemilikan 45,11%, PT Asseta Selindo 15,04%, PT Creator Capital dengan porsi 12,91%, Modalku melalui Funding Asia Group Pte,Ltd dengan porsi 10%, Trusty Cars Pte Ltd 5%, Kurniadi Setiawan 3,1% SBI Emerging Asia Financial Sector Fund 2,36%, Nederlandse Financierings-Maatschappij V.O.N.V 1,78%, Alwi Setiawan 1,03%, PT Digi Asia Bios 3,67%.

Baca Juga: Dorong Transaksi Livin, Bank Mandiri Fokus Himpunan Tabungan dari Segmen Pebisnis

Adapun fintech Modalku resmi masuk ke Bank Index sejak April 2022 dengan mencaplok 10% saham bank tersebut.  Setelah memenuhi ketentuan modal inti minimun, Bank Index memiliki rencana ke depan yang akan difokuskan pada digitalisasi guna mendukung pertumbuhan bisnis.  

"Kami akan mengimplementasikan digital core banking untuk menggalang dana murah," kata Tiara.

Selain itu, Bank Index juga akan melakukan upgrade aplikasi internet banking dan mobile banking yang sudah dimiliki, sehingga bisa lebih sesuai dengan kebutuhan nasabah dan calon nasabah.

Lalu, perseroan akan mengimplementasikan koneksi kepada pihak ketiga berupa fintech dan perusahaan startup melalui layanan Open API, serta membangun virtual account untuk meningkatkan peluang bisnis dari transaksi korporasi.

"Dari sisi bisnis, bank akan membangun divisi trade & international untuk meningkatkan fee based income," pungkas Tiara.

Sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah menyebut bakal ada dua bakal melakukan merger dalam rangka memenuhi ketentuan modal inti minimum Rp 3 triliun. Namun, hingga kini, nama bank yang memilih melakukan penggabungan dalam proses konsolidasi itu masih belum terungkap.

Tahun lalu, OJK telah memantau 37 bank yang modal intinya masih di bawah Rp 3 triliun, baik bank umum swasta nasional (BUSN) maupun bank pembangunan daerah (BPD). BUSN harus memenuhi ketentuan modal inti itu pada akhir 2022, sedangkan BPD masih punya waktu hingga akhir 2024.

Dari 37 bank yang dimaksud, 12 diantaranya merupakan BPD. Sehingga BUSN ada 25 bank. Dari pantauan KONTAN per Senin (16/1), sudah 14 bank dari jajaran bank swasta ini yang mengumumkan telah memenuhi ketentuan modal inti minimum lewat private placement dan rights issue.

OJK mengungkapkan, BUSN secara umum telah memenuhi modal inti per 31 Desember 2022, selain Bank Prima Master Bank. Sebagai sanksinya, izin usaha bank ini telah diturunkan dari bank umum menjadi Bank Perkreditan Rakyat (BPR) per 4 Januari 2023.

Baca Juga: Sucor Sekuritas Sebut Bank Neo Commerce (BBYB) Bisa Cetak Laba Pertama pada 2023

Sebagian dari 37 bank itu sudah melakukan tambahan setoran modal, pembentukan Kelompok Usaha Bank (KUB), penggabungan, pengambilalihan, maupun mengundang mitra strategis.

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae mengatakan, bank-bank swasta secara action plan sudah memenuhi aturan modal inti minimum. Itu dilakukan melalui penambahan modal oleh pemegang saham, melalui rights issue, dan juga merger.

Namun, Dian tidak menyebutkan bank apa yang akan merger tersebut. Ia hanya memberikan kisi-kisi bahwa itu bersangkutan dengan bank yang sudah ada di bursa saham atau emiten. 

"Terkait dengan merger, karena merupakan bagian dari corporate actian yang harus mengikuti prosedur administrasi, harus koordinasi dulu dengan pak Inarno (Direktur Utama BEI), belum bisa kami sebutkan secara eksplisit karena itu bisa berpengaruh pada harga saham dan lain sebagainya," kata Dian dalam konferensi pers pada 2 Januari 2023 lalu.

Hingga saat ini, OJK masih tetap belum buka suara terkait nama bank itu. Direktur Humas OJK Darmansyah mengatakan OJK tidak bisa menyebutkan namanya karena hal itu merupakan aksi korporasi yang hanya dapat dikonfirmasi oleh pihak bank terkait. 

"Kami tidak mau mengganggu proses yang dikerjakan," ujarnya pada Kontan.co.id, Senin (16/1).

Dari 25 BUSN, 11 bank belum memberikan keterbukaan informasi telah memenuhi ketentuan modal inti minimum. Namun, enam diantaranya merupakan bank syariah yang merupakan anak usaha bank konvensional dan bagian dari kelompok usaha bank (KUB). Dalam aturan konsolidasi perbankan, anggota KUB yang bukan perusahaan induk cukup punya modal inti minimum Rp 1 triliun.

Adapun lima bank lainnya adalah PT Bank National Nobu Tbk (NOBU), Bank MNC Internasional Tbk (BABP), Bank of India Indonesia Tbk (BSWD), Bank SBI Indonesia, dan Bank Index Selindo. Namun, dengan jawaban terbaru bank Index di atas maka ada empat bank lagi yang belum ada informasi telah memenuhi modal inti Rp 3 triliun.

Bank MNC sejak Desember 2022 telah memproses rights issue dengan menerbitkan saham baru sebanyak 9.434.687.046 bernilai nominal Rp 50 per saham atau 23,08% dari modal ditempatkan dan disetor penuh. Harga pelaksanaannya Rp 130 per saham dan dana yang dibidik Rp 1,22 triliun. Per September 2022, modal inti bank ini baru mencapai Rp 2,07 triliun.

Baca Juga: Bank BTN Optimistis Bisa Himpun Tabungan Hingga Rp 8 Triliun dari Segmen Pebisnis

Sementara Bank Nobu tercatat baru punya modal inti Rp 1,6 triliun per September 2022. Bank ini berencana rights issue pada kuartal I 2023 ini. Namun, dalam prospektusnya, perseroan hanya menawarkan sebanyak-banyaknya 681.819.174 saham baru dengan nominal Rp 100 per saham. Harga pelaksanaannya ditetapkan Rp 592 per saham sehingga dana yang berpotensi diraup hanya Rp 403,6 miliar.

PT Bank of India Indonesia Tbk yang modal intinya baru Rp 2 triliun per September 2022 akan melakukan rights issue di kuartal I ini. Bank berkode saham BSWD ini akan menerbitkan sebanyak-banyaknya 2.388.861.478 saham baru dengan nilai nominal Rp 200 per saham. Harga pelaksanaan rights issue ditetapkan Rp 1.000 per saham, sehingga BSWD berpotensi meraup dana Rp 2,38 triliun. 

Bank of India (BOI) selaku pemegang saham pengendali menginjeksi modal ke BSWD Rp 1,3 triliun atau sebagian dari haknya dan sudah itu disetor pada November 2022 lalu.  Dalam prospektus BSWD, tidak ada pembeli siaga dalam aksi korporasi itu.

Bank SBI Indonesia  tercatat memiliki modal inti Rp 2,12 triliun per September 2022. Bank ini juga dikendalikan investor asal India, yaitu State Bank of India (SBI), bank pelat merah yang 56,9% sahamnya dikuasai pemerintah India.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi