JAKARTA. Bank Indonesia memperkirakan inflasi 2011 nanti dibawah 4%. Direktur Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Bank Indonesia Perry Warjiyo memperkirakan, inflasi 2011 berada di angka 3,9%.Laju inflasi ini melamban karena berbagai faktor eksternal dan domestik. Salah satunya tekanan dari imported inflation yang rendah karena penurunan harga komoditas global.Perry mengakui, laju inflasi November biasanya lebih tinggi ketimbang Oktober. Namun, dia memperkirakan, laju inflasi November sebesar 0,4%. "Perkiraan survei kita yang terakhir, inflasi November bisa dibawah 0,4%. Kita tunggu saja pengumuman BPS," ungkapnya, Rabu (30/11).Berdasarkan wilayah, Perry menilai, inflasi di Pulau Jawa akan berada dibawah angka inflasi nasional. Sedangkan laju inflasi di Sumatera dan kawasan Indonesia timur, dia memperkirakan lebih tinggi ketimbang inflasi nasional. Tapi karena porsi inflasi di Pulau Jawa lebih besar ketimbang daerah lainnya, dia mengatakan inflasi tetap bisa terjaga di level rendah. Asal tahu saja, porsi inflasi di Jawa sebesar 42%, Jakarta 23%, Sumatera 19% dan kawasan timur Indonesia 16%.Perry mengatakan, inflasi yang cukup terkendali tahun ini berkat Tim Penanggulangan Inflasi (TPI) dan Tim Penanggulangan Inflasi Daerah (TPID). "Pengendalian inflasi memang perlu koordinasi dengan daerah," ungkapnya.Nah, untuk tahun depan, Bank Indonesia yakin tekanan inflasi masih akan terkendali di kisaran 4,5% plus minus 1%. Perry beralasan, dampak penurunan kinerja ekonomi global akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi lebih rendah dari perkiraan. Selain itu, dia melihat tekanan inflasi inti akan mereda karena penurunan harga komoditas internasional. "Dari sisi domestik, produksi masih bisa memenuhi permintaan sehingga tidak akan menimbulkan inflasi yang berlebihan," katanya.Hanya saja, Bank Indonesia melihat ada tantangan inflasi dari beberapa komoditas strategis yang harganya diatur pemerintah seperti bahan bakar minyak (BBM), listrik dan elpiji. Seperti diketahui, saat ini harga pasarnya masih di bawah harga keekonomiannya. Sehingga, kalau pemerintah menaikkan harga komoditas ini, ada risiko kenaikan inflasi yang ditimbulkan.Risiko lain yang harus dihadapi dalam pengendalian inflasi di 2012 adalah tekanan harga pangan seperti harga beras dan harga pangan lainnya. "Bank Indonesia memandang bahwa koordinasi kebijakan yang telah berjalan selama ini yang dilakukan Bank Indonesia, pemerintah dan kementerian melalui TPI dan TPID di daerah perlu kita tingkatkan agar risiko inflasi bisa terkendali dan bisa di bawah target," ujarnya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Bank Indonesia: Inflasi 2011 bisa sebesar 3,9%
JAKARTA. Bank Indonesia memperkirakan inflasi 2011 nanti dibawah 4%. Direktur Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Bank Indonesia Perry Warjiyo memperkirakan, inflasi 2011 berada di angka 3,9%.Laju inflasi ini melamban karena berbagai faktor eksternal dan domestik. Salah satunya tekanan dari imported inflation yang rendah karena penurunan harga komoditas global.Perry mengakui, laju inflasi November biasanya lebih tinggi ketimbang Oktober. Namun, dia memperkirakan, laju inflasi November sebesar 0,4%. "Perkiraan survei kita yang terakhir, inflasi November bisa dibawah 0,4%. Kita tunggu saja pengumuman BPS," ungkapnya, Rabu (30/11).Berdasarkan wilayah, Perry menilai, inflasi di Pulau Jawa akan berada dibawah angka inflasi nasional. Sedangkan laju inflasi di Sumatera dan kawasan Indonesia timur, dia memperkirakan lebih tinggi ketimbang inflasi nasional. Tapi karena porsi inflasi di Pulau Jawa lebih besar ketimbang daerah lainnya, dia mengatakan inflasi tetap bisa terjaga di level rendah. Asal tahu saja, porsi inflasi di Jawa sebesar 42%, Jakarta 23%, Sumatera 19% dan kawasan timur Indonesia 16%.Perry mengatakan, inflasi yang cukup terkendali tahun ini berkat Tim Penanggulangan Inflasi (TPI) dan Tim Penanggulangan Inflasi Daerah (TPID). "Pengendalian inflasi memang perlu koordinasi dengan daerah," ungkapnya.Nah, untuk tahun depan, Bank Indonesia yakin tekanan inflasi masih akan terkendali di kisaran 4,5% plus minus 1%. Perry beralasan, dampak penurunan kinerja ekonomi global akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi lebih rendah dari perkiraan. Selain itu, dia melihat tekanan inflasi inti akan mereda karena penurunan harga komoditas internasional. "Dari sisi domestik, produksi masih bisa memenuhi permintaan sehingga tidak akan menimbulkan inflasi yang berlebihan," katanya.Hanya saja, Bank Indonesia melihat ada tantangan inflasi dari beberapa komoditas strategis yang harganya diatur pemerintah seperti bahan bakar minyak (BBM), listrik dan elpiji. Seperti diketahui, saat ini harga pasarnya masih di bawah harga keekonomiannya. Sehingga, kalau pemerintah menaikkan harga komoditas ini, ada risiko kenaikan inflasi yang ditimbulkan.Risiko lain yang harus dihadapi dalam pengendalian inflasi di 2012 adalah tekanan harga pangan seperti harga beras dan harga pangan lainnya. "Bank Indonesia memandang bahwa koordinasi kebijakan yang telah berjalan selama ini yang dilakukan Bank Indonesia, pemerintah dan kementerian melalui TPI dan TPID di daerah perlu kita tingkatkan agar risiko inflasi bisa terkendali dan bisa di bawah target," ujarnya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News