Bank Indonesia mengkaji syarat bank penerbit NCD



JAKARTA. Bank Indonesia (BI) terus menggodok pengembangan instrumen negotiable certificate of deposit (NCD) untuk melonggarkan likuiditas perbankan Tanah Air. Agus DW Martowardojo, Gubernur BI mengungkapkan, salah satu aturan main yang bakal tercantum adalah kriteria bank penerbit NCD.

Sejumlah syarat yang diberlakukan bagi bank peminat NCD ini bertujuan untuk mencegah penyalahgunaan NCD seperti di masa lalu. Persyaratan bank penerbit NCD, semisal, kriteria bank umum kelompok usaha (BUKU).

Poin penting yang juga bakal terbit dalam aturan baru NCD adalah pihak-pihak yang diizinkan untuk membeli NCD. "NCD akan dikeluarkan baik dalam denominasi rupiah maupun valuta asing, sehingga perlu ada kriteria dari bank yang siap melakukan itu," ujar Agus di Jakarta, Rabu (9/7).


Selain menyusun aturan baru tentang NCD, BI juga mematangkan rencana izin penggunaan NCD sebagai instrumen likuiditas. "Harus ada edukasi sehingga bukan hanya pelaku usaha, tetapi juga investor yang akan investasi di NCD dapat memahami aturan NCD yang sedang kami kaji," jelas Agus.

Target BI, aturan baru NCD bakal terbit sebelum tutup tahun 2014. BI serius menggodok aturan baru NCD lantaran pengetatan likuiditas masih terus menghantui perbankan Indonesia.

Tahap awal, BI menilai, kehadiran NCD akan melonggarkan persaingan likuiditas yang kian memanas. NCD dinilai bisa mengurangi ketergantungan perbankan terhadap dana pihak ketiga (DPK).

Makanya, salah satu poin yang digodok adalah penghitungan NCD dalam rasio likuidias atau loan to deposit ratio (LDR). Tidak cuma menekan LDR, BI berharap, NCD juga bisa menyusutkan suku bunga kredit.

Mengutip data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), LDR bank umum mencapai 90,79% per April 2014. Posisi ini sedikit di bawah batas maksimum yang ditetapkan regulator yakni di level 92%. Sementara itu, suku bunga simpanan perbankan terus mendaki.

Data BI menyebutkan, rata-rata suku bunga deposito jangka waktu satu bulan, tiga bulan, enam bulan dan 12 bulan masing-masing tercatat 8%, 10% dan 7,8% per April 2014.

Musim packelik likuiditas diprediksi bakal tetap berlanjut. Alka Anbarasu, Assistant Vice President Moody's Investors Service menilai, perebutan dana nasabah masih akan berlangsung ketat dalam 12 bulan - 18 bulan ke depan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Hendra Gunawan